Selasa, 24 November 2009

Kurikulum Terselubung Sekolah: Pelucutan Privelise Sekolah Sebagai Satu-satunya Lembaga Pendidikan

Kurikulum Terselubung Sekolah:
Pelucutan Privelise Sekolah Sebagai Satu-satunya Lembaga Pendidikan

Oleh: James Faot

Pengantar
Ivan Illich pernah mengatakan bahwa masyarakat harus dibebaskan dari kecenderungan menganggap sekolah sebagai satu-satunya lembaga pendidikan (the single’s institution of education). Pernyataan ini patut memdapatkan perhatian serius dan kritis oleh siapapun yang masih menganggap bahwa memang sekolah adalah satu-satunya lembaga pendidikan di dunia ini.

Menggarisbahwahi kata ”membebaskan”, tentu kata ini memberikan pemahaman tentang adanya kondisi riil penjajahan, penindasan, perbudakan dan pembodohan terhadap kesadaran dan perilaku masyarakat terhadap sekolah sebagai lembaga pendidikan. Atau, dengan perkataan lain hanya sekolah sajalah pendidikan itu; pendidikan berarti sekolah.

Pertanyaan kita atas realitas pemahaman dan perilaku masyarakat modern yang cenderung menganggap bahwa sekolah adalah satu-satunya lembaga pendidikan adalah mengapa menjadi urgen bagi kita untuk melucuti hak istimewa (privilise) sekolah itu? Dan alternatif apa yang patut kita berikan untuk membebaskan masyarakat dari hegemoni sekolah sebagai institusi pedidikan tunggal?

Dalam cacatan ini, dengan menyelami analisis Ivan Illich tentang setting paradigma sekolah, khususnya berkaitan dengan kurikulum terselubung sekolah (hidden school curiculum), kita akan mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas. Dan terlebih penting lagi adalah pendidikan akan memperoleh manfaat besar ketika privilise sekolah sebagai satu-satunya lembaga pendidikan dilucuti.

Pencampur-adukan Proses dan Substansi Pendidikan
The single’s institution of education sebagaimana telah menghegemoni kesadaran dan praksis masyarakat merupakan kondisi dimana telah terjadinya pencampur-adukan antara proses dan substansi pendidikan (the substantion of education and the colaboration of process). Pencampur-adukan ini mengakibatkan tumpulnya daya kritis masyarakat sehingga turut menyokong status quo sekolah sebagai satu-satunya lembaga pendidikan. Masyarakat tidak mampu lagi membedakan manakah yang merupakan proses dan manakah yang merupakan substansi pendidikan. Logika baru pencampur-adukan ini mengkonstruksikan cara berpikir masyarakat bahwa semakin banyak pengajaran, semakin baik hasilnya; atau menambah materi pengetahuan akan menjamin keberhasilan pendidikan.

Implikasi buruk dari konstruksi logika pencampur-adukan antara proses dan substansi pendidikan adalah generalisasi spontan. Maksudnya adalah adanya penyamaan antara pengajaran dan belajar, naik kelas/lulus dan pendidikan, ijazah dan kompetensi, materi pelajaran dengan kebutuhan pasar, kefasihan berceloteh dan kemampuan mengungkapkan ide dan gagasan baru, dll. Singkatnya, yang terjadi di dalam penyelenggaraan pendidikan (baca: sekolah) sekadar apa yang disebut Ivan Illich sebagai ”pelayanan” dan bukannya ”nilai”. Inilah sebentuk pendewaan sekolah dalam realitas masyarakat modern.

Pendewaan sekolah ini merupakan suatu reduksi terhadap hakekat pendidikan. Lembaga sekolah hanya berorientasi pada hasil kerja atau performen (performance) kelembagaan. Lembaga sekolah mengklaim mampu mewujudkan tujuan-tujuan yang kemudian menuntut lagi peningktan performen sekolah sebagai lembaga.

Akibat pendewaan yang melahirkan pelembagaan nilai sekolah sebagai satu-satunya lembaga pendidikan, maka niscaya akan menimbulkan 3 (tiga) problematika baru dari eksistensi pelembagaan nilai sekolah yakni: pertama, polusi fisik, kedua, polarisasi sosial dan ketiga, ketidakberdayaan psikologis.
Ketiga problem ini disebut Ival Illich sebagai ”dimensi dalam proses degradasi global dan kesengsaraan dalam kemasan baru (modernised misery)”.

Modrnised Misery sendiri adalah proses degradasi yang berlangsung scara cepat ketika kebutuhan-kebutuhan non-material diubah menjadi permintaan akan barang. Tegasnya, modrnised misery terjadi dalam lembaga sekolah ketika pendidikan dijadikan komoditas dan dikomersialkan. Pendidikan berubah menjadi hasil dari ”jasa” atau ”pelayanan” lembaga pendidikan. ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar