Senin, 16 November 2009

SOSIALISME : HARAPAN LAHIRNYA MASYARAKAT EGALITARIAN SOSIALISME ABAD 21 (Jalan Alternatif Atas Neolibarisasi)

SOSIALISME :
HARAPAN LAHIRNYA MASYARAKAT EGALITARIAN

SOSIALISME ABAD 21
(Jalan Alternatif Atas Neolibarisasi)
James Faot

I. Pengantar
Buku Sosialisme Abad 21 karya Michael Newman, menawarkan jalan alternatife bagi perjuangan kaum sosialis terhadap hegemoni kapitalis yang telah di tancapkan di atas dunia dan masyarakat global. Melalui ideologinya Neoliberalisas, kekuasaan kapitalis semakin kokoh. Namun Sosialisme pun tidak mati, sebab sosialisme sesuangguhnya tidak tunggal (plural) dan memang abadi—Sosialism never die. Buku ini di terbitkan oleh Resist Book [Seri Ideologi] yang diterjemahkan oleh Eko Prasetyo Darmawan serta editoring oleh Dian Purwadi. Isi buku ini setebal 294 halaman.
Dalam Seri Ideologi, buku Sosialisme Abad 21, Newman menguak pemahaman yang lebih kritis atas ideolog-ideologi dunia, baik tentang kelaliman kuasa yang diciptakannya (baca: Ideologi) maupun kekuatan-kekuatan perubahan (The Powers Transformation) yang didemonstrasikan. Perhelatan Ideologis dalam diskursus kekuasaan baik itu Sosialisme serta Neoliberalisme merupakan sebuah perang yang takkan pernah usai baik saat ini maupun di masa depan.
Dalam diskursus kekuasaan, suara kelompok besar dominan dan suara dogmatis yang meliputi “reputasi sejarah” ideologi-ideologi tersebut, Newman mengamati kembali, menganalisis, melakukan komparasi. Sehingga menawarkan pemikiran sosialis yang kritis dan relevan dengan kondisi masyarakat abad 21.
Pikiran dan praktek tokoh-tokoh gerakan sosialis dan komunis melawan Neoliberalisme dapat kita temukan diantaranya seperti tokoh-tokoh peletak doktrin sosislaisme dalam periode awal abad 19. Mereka merupakan tokoh yang mewariskan tradisi serta memberi kontribusi yang signifikan dalam membangun sosialisme. Kaum Sosialis Utopia seperti Cabet (1788-1856), Charles Fourier (1772-1837), Robert Owen (1771-1858); kaum sosialis anarkis seperti Pierre Joseph Proudhon (1809-1865) dan Mikhail Bakunin (1814-1876); Kolaborasi Marx (1818-1883) dan Engels (1820-1895) adalah tokoh paling penting sekaligus pencetus Marxisme; tokoh dari kaum sosialis demokrasi Karl Kautsky (1854-1938) dan Rosa Luxemburg (1871-1919). Dan yang terakhir kaum Komunis modern seperti Vladimir Lenin (1870-1924). Namun tokoh-tokoh gerakan sosialis yang paling dominan adalah yang berasala dari kaum sosialis demokt serta komunis.
Pemikiran dan praktek tokoh-tokoh Sosial Demokrasi Swedia (Social Demokratika Arbetarpartein_SAP) seperti Hjalamar Branting, Per Albin Hanson yang menjadi perdana menteri SAP yang pertama pada tahun 1932. yang dari padanya pemahaman ‘Kunci’ tentang Sosialis Demokrasi Swedia diutarakan yaitu folkhemmet, atau “konsepsi masyarakat dan negara sebagai ‘rumah masyarakat` (people`s home)”. Juga Komunisme Kuba seperti Fidel Castro (1927-) dan Ernesto ‘Che’ Guevara (1928-1967) yang mendorong penduduk untuk bekerja lebih kepada insentif moral dari pada insentif material dalam tahap awal pembagunan ekonomi sosialis.
Newman, juga mengemukakan pemikiran dan praktik tokoh-tokoh Kiri Baru (New Left) seperti Sosialisme Feminis dan Sosialisme Hijau . Tokoh Sisoalisme Feminis yang terkenal adalah Alexandra Kolontai (1872-1952) dan Simone de Beauvoir (1908-1986). Dari Sosialisme Hijau, tokohnya yang terkenal adalah A.J. Penty (1875-1937), yang memperkenalkan istilah “masyarakat post-industri” dan Rudolf Bahro (1935-) serta Andre Dobson yang terkenal dengan istilahnya ekologilisme yang berati sebuah kehidupan yang berkelanjutan dan makmur mensyaratkan adanya perubahan radikal dalam relasi kita (baca: manusia) dengan dunia alam yang non-manusia dan dalam modus kehidupan sosial dan politik kita.
Teori dan praksis tokoh-tokoh sosialisme inilah yang kemudian dikritisi Newman. Ia memberikan alternatif-alternatif paradigmatik yang fundamen bagi posisi strategis dan taktis sosialisme untuk melawan hegemoni neoliberasasi yang menindas masyarakat global secara terstruktur dan sistimatis. Serta membawa arah perjuangan itu pada tujuan akhir (ultimate goals) dan esensial yakni menciptakan suatu masyarakat yang egalitarian (sederajat) diatas landasan nilai kerja sama dan solidaritas.

II. Gerbang Buku
Michael Newman_ Buku Sosialisme Abad 21 (Jalan Alternatif Atas Neiliberalisasi), memaparkan sebuah fakta anti-tesia atas ramalan (tesis) ‘nabi’ sosialis yakni Karl Marx. Dalam buku Das Kapital yang dikeluarkan pada tahun 1867, Marx meramalkan bahwa kapitalisme akan runtuh dan digantikan oleh sosialisme. Inilah deklarasi monumental kematian kapitalisme, dan Marx menuliskan bahwa: Ketika kapitalisme akan hancur berkeping-keping, dan saat itu: “LONCENG KEMATIAN HAK MILIK PRIBADI KAPITALIS BERDENTANG. PARA PENJARAH AKAN DIJARAH”. Dan ternyata bahwa ramalan ini berubah 180 derajat. Lebih dari seratus tahun ramalan itu dinantikan oleh pengikut-pengikut sosialis ternyata harus diperhadapkan dengan runtuhnya Blok Soviet antara tahun 1989 dan tahun 1991. Saat itu kapitalisme kembali menancapkan kekusaanya dengan spirit neoliberalisasi.
Perang dingin kedua kekuatan idealogi ini, melahirkan anggapan bahwa keyakinan para kelompok lawan sosialisme kini bagai sebuah situs idealogi dalam sejarah dunia. Bagi Newman anggapan dan keyakinan ini hanya merupakan sebuah pandangan subjektif lawan-lawan sosialisme yang diwacanakan secara global dalam masyarakat dunia. Dan inilah yang dijadikan Klimaks dan konklusi tamatnya sosialisme, yangkemudian dipakai Newnan dalam buku Sosialisme Abad 21 (Jalan Alternatif Atas Noliberalisasi) untuk menarik sebuah anti-tesis berupa rumusan hipotesis bahkan keyakinan yang niscaya yakni: “Proses perjalanan sosialisme menujukan bahwa ia (sosialisme) betapa terus relevan, baik masa kini dan masa depan”.

III. Pendekatan dan Sifat Sosialisme
Newman mengajukan pertanyaan “Apa itu Sosialisme?”. Argumentasi Newman sebagai jawaban atas pertanyaan di atas dijelaskannya melalai pengidentifikasian sifat-sifat sosialisme. Secara umum sosialisme bersifat sentrlaitik maupun lokal, terorganisir dari atas sekaligus terbagun dari bawah, visioner sekalugus pragmatis, revolusioner sekaligus reformis, anti negara sekaligus berpaham kenegaraan, internasiolais sekaligus nasional, membutuhkan partai sekaligus menolak partai, tumbuh dari serikat buruh sekaligus independen dirinya, merupakan cir sebuah negara industri negara yang kaya sekaligus merupakan ciri-ciri dari masyarakat yang berbasis petani miskin, berwatak seksis sekaligu feminis dan memiliki komitmen pertumbuhan sekaligus ekologis.
Sifat-sifat sosialisme seperti ini bukanlah sebuah ia (sosialisme) berwatak ambigu atau paradoks, melaikan sosialisme pada hakekatnya beragam (plural). Oleh karena itu, metode pendekatan yang dapat dipakai untuk menjawab apa itu Sosialisme harus secara kritis mempertimbagkan 2 (dua) kutub ekstrim esensi dari pluralisitas sifat sosialisme. Kutub ekstrim pertama, adalah sifat plural sosialisme jika dikaji berdasarkan analisis esensial atau interpretasi esensial secara komprehensif pada sifat-sitat sosialisme di atas akan membawa penurunan hakekat sosialisme yakni sosialisme menjadi ungkapan-ungkapan dogmatis yang akan dipakai sebagai sejata melawan kelompok-kelompok yang mentelewenga atau berbeda darinya. Kutub ekstrim kedua, upaya pendefenisial yang terlalu luas atau pluralitas sifat sosilaisme hanya akan menghasilkan pemaknaan yang dangkal (banal) dan kehilangan makna. Oleh seba itu, Newman dalam pendekatan penulisannya ia menghindari kedua pendekatan tersebut untuk menghindari analisiss dan pemaknaan yang kontradiktif. Ia lebih memilih pendekatan berdasarkan defenisi-defenisi minimal mengenai sosialisme sebagai pemandu dalam penelusuranya terhadap eksistensi sosialisme yang sejati.

Dengan demikian, Newman berusaha mendefenisikan 4 (empat) karakteristik paling fundamental atau esensial dari sosialisme, yakni: Pertama, Sosilaisme memiliki komitmen yang kokoh terhadap terciptanya masyarakat egalitarian. Asumsi kaum sosialisme adalah bahwa kepemilikan kapital dan kemakmuran secara turun-temurun telah menciptakan hak-hak istimewa (privilese) dan kesempatan-kesempatan yang sangat besar di satu ujung kutub sosial, dan adanya siklus kemelaratan yang membatasi kesempatan-kesempatan dan daya pengaruh pada ujung kutub yang lainnya. Kaum sosialisme menentang hak milik (pribadi) yang merupakan fundamen bagi kapitalisme. Kaum sosialisme bercita-cita untuk membangun sebuah masyarakat di mana setiap orang di dalamnya memiliki kesempatan untuk mencapai kepenuhan diri tanpa harus berhaapan dengan rintangan-rintangan yang diakibatkan oleh adanya ketimpangan struktur.
Kedua, kaum sosialisme memiliki kepercayaan “kemungkinan” dibangunnya sebuah sistim egalitarian alternatif yang di dasarkan pada nilai-nilai solidaritas dan kerja sama. Ketiga, kaum sosialisme memiliki pandangan yang relatif optimistik mengenai manusia dan kemampuannya untuk bekerja sama satu sama lainnya. Egoisme individual dan kompetisi negatif sebagai satu-satunya faktor yang memotivasi perilaku manusia dan masyarakat dalam kehidupan hanyalah merupakan suatu “produk” dalam masyarakat tertentu ketimbang “fakta” yang tak mungkin terhapuskan. Keempat, kaum sosialisme memilki keyakinan bahwa adalah mungkin untuk menciptakan perubahan-perubahan yang signifikan di dunia melalui perantara manusia (human agent) yang sadar.
Dari keempat karakteristik fundamental sosialisme maka, Newman berkesimpulan bahwa sosialisme sebagai produk dari era modern, memiliki pandangan yang sangat substansial tentang keagenan manusia yakni secara sederajat, bertindak sebagai subjek sejarah, demi tranformasi strukstur sosial dan politis, ekonomi yang lebih manusiawi ketimbang bersikap fatalis yakni menyerahkan nasibnya pada takdir, adat kebiasaan bahkan agama.


Kaum sosialisme modern muncul dalam sejarah Eropa pada awal abad 19 di Eropa. Kemunculan mereka dipecu oleh 2 (dua) faktor utama yakni perubahan ekonomi dan perubahan sosial yang sangat cepat. Dari pranata ekonomi perubahan berhubungan dengan bangkitnya kekuatan industri sedangkan dari pranata sosial berhubungan dengan gerak urbanisasi. Dampak dari kedua perubahan pranata kehidupan di atas, sektor ekonomi pedesaan mengalami keruntuhan begitu pula keruntuhan norma dan nilai tradisoanal.
Fonomena perubahan pranata kehidupan masyarakat Eropa ditanggapi secara berbeda oleh 2 (dua) kelompok yang berseberangan secara idealogis dan praksisnya. Kaum liberal menyambut gembira dan menganggapnya sebagai usaha kapitalis dan individualisme serta sebagai pengejewantahan kemajuan dan kebebasan. Sedangkan, kaum sosialis secara berbeda bahkan kontradiktif. Pertama, kaum sosialis lebih menekankan pada komunitas (lawan individualisme), kerja sama, dan paguyuban (assosiation) berkualitas yang mereka nilai telah dirusakan oleh gerak perkembagan kontemporer. Kedua, kaum sosialis melihat hasil perubahan ini bukan kemajuan sebagaimana dipahami kaum kapitalis, melainkan sebagai suatu ketimpangan massif yang diusahakan kaum kapitalis. Sebab mereka yang dulunya adalah petani-petani dan tukang-tukang terhisap kedalam kekuatan urbanisasi sehingga kini bertumpuk di kota-kota yang padat dan bekerja dengan upah yang rendah. Secara ringkas dapat dilihat pada bagan munculnya gerakan sosialisme modern.










Bagan Munculnya Gerakan Sosialis Modern

Perbedaan dan kontradisi paradigma tentang perubahan di dunia Eropa dari kedua kelompok ini mempengaruhi seluruh strategi dan taktik mereka dalam upaya pencapaiaan tujuan masing-masing. Konteks sosial, politik, ekonomi dan lainnya merupakan medium pertarungan mereka. Pertarungan ini melahirkan kutub ekstrim pertentang antara kaum sosialisme dan liberalisme (baca: kapitalisme). Kaum sosilais berusaha untuk menciptakan suatu tatanan hidup yang sederajat di atas kerja sama dan solidaritas sedangkan kaum kapitalis berupaya untuk memperkuat dan memperluas kepemilikan pribadi, eksploitasi massa serta sikap individualisme. Singkatnya bahwa ranah perhelatan kekusaan antara kaum sosialis dan kaum kapitalis adalah bagaiman memdominasi ranah politik dan ekonomi sebagai sektor terpenting yang dapat mengantarkan mereka pada dominasi kekuasaan
Lihat bagan pertarungan kekuasaan kaum sosialis dan kapitalis.

















Bagan Pertarungan kekuasaan kaum sosialis dan kapitalis

Menilik kemabali fakta keruntuhan Blok Soviet antara tahun 1989 dan tahun 1991, keruntuhan ini merupakan sebuah keberhasilan kapitalis untuk menghancurkan kaum sosialis dalam memperjuangkan cita-citanya yakni menciptakan suatu masyarakat yang egaliter di atas landasan kerja sama dan solidaritas. Namun Newman mengingatkan dan menegaskan bahwa kekuatan sosialis tidak semudah itu hancur dan tamat riwayatnya dari panggung pertarungan idealogi. Setelah keruntuhan Blok Soviet kaum sosialis mengalami perkembagan yang luar biasa cepat sehingga melahirkan keragaman gerakan perlawan terhadap kapitalisme serta kekuasaannya.
Kaum sosialis tradisional terdiri dari Sosialis Utopia, Anarkisme, Marxisme dan Sosialis demokrat. Sosialis utopia, janganlah diartkan sebagai suatu gerakan sosialis yang gagasannya tidak mengakar pada analisis sosial, ekonomi dan politis atau suatu “utopiansme” yang dianggap tidak realistis dan khayal. Tetapi, makna sosialis “utopia” di sini adalah suatu pandangan esensial dalam proyek kaum sosialis yang diproyeksikan kedepan untuk membagun suatu tatanan masyarakat yang didasarkan pada harmoni, paguyuban (assosiation) dan kerja sama secara komunal.
Tokoh sosialis utopia yang paling berpengaruh gagasannya adalah Henri Saint Simon (1788-1856); Charles Foorier (1772-1837) dan Robert Owen (1771-1858). Pokok analisis Saint Simon adalah kelas-kelas masyarakat. Baginya sejarah dunia didasarkan pada bangkit dan runtuhnya kelas produktif dan tak produktif sepanjang masa. Mereka yang merupakan kelas produktif adalah sebagaian besar masyarakat mulai dari buruh pabrik sampai dengan pemilik pabrik. Sedangkan mereka yang merupakan kelas tak produktif terdiri dari sekelompok minoritas ‘ongkang-ongkang kaki’ (idlers)—borjuis besar—kaum ningrat dan pendeta. Sebagai demikian maka, perubahan datang dari mereka yang termasuk kelas produktif. Di mana relasi kelas industri/saitifik didasarkan pada kerja sama dan persaingan yang damai. Bukan datang dari kelompok tak produktif yang relasinya didasarkan pada kekuasaan. Dia juga berusaha mengkombinasikan moralitas sekuler dengan ajaran kristen yang segar. Baginya tugas utama agama adalah memberantas kemiskinan dan menjamin supaya semua orang dapat memperoleh pendidikan dan pekerjaan yang layak. Dari gagasanya maka lahirlah komunitas Saint-Simonian yang terus berkembang menjadi kurang lebih 40.000 pengikut mulai dari tahun 1830-1848. dalam proyek-proyek sosialis utopia Saint-Simonian aspek industrialisme dan efisiensi administrasi merupakn kunci kemajuan dan keadilan sosial.
Fourier memiliki keyakinan fundamental bahwa masyarakat tidak harus berubah: yang menjadi problem ialah tidak berfungsinya (disfungsi) sistim sosial yang pada akhirnya melumpuhkan masyarakat. Inilah sebab dari penderitaan manusia. Ia juga mengutuk penindasan kaum wanita. Ketimpangan sosial dan ekonomi tidak dianggapnya sebagai pemicu fundamental konflik antara hasrat dan cara masyarakat berfungsi.
Robert Owen sebagai tokoh sosialis utopia yakin bahwa masyarakatlah--bukan individu--yang harus bertanggung jawab atas penderitaan manusia dan penyakit-penyakit sosial (patologi). Ketercapaiaan perubahan hanya bisa terjadi apabila lingkungan sebagai determinasi perilaku masyarakat diubahkan. Kunci perubahan lingkungan harus didasarkan pada prinsip-prisip rasionalitas dan kerja sama. Owen menulis:
“...para anggota dari setiap komunitas secara bertahapa diatih untuk hidup tanpa ongkang-ongkang kaki, tanpa kemiskinan, tanpa kejahatan dan tanpa hukuman; karena semuaa itu merupakan efek dari kekeliruan dari berbagai sistim yang ada sebelum dunia. senmua keburukan itu merupakan konsewensi dari niscaya kebodohan”
Tipikal entrepreuner bijak menjelma dalam strategi kerja produktif demi peningkatan-peningkatan keuntungan yang lebih besar dari armada kerja. Pendekatan paternalistik dan kepatronan secara terfokus dirahkan pada ‘lapisan-lapisan bawah (lower orders). Namun, gagasannya tentang kesempurnaan manusia dianggap bertentangan dengan gereja serta penekanannya pada tanggung jawab sosial para majikan terhadap para pekerja mereka sungguh bertentangan dari pendekatan laissez-faire kapitalisme. Oleh sebab itu, tumbuh pertentangan antara Owen dan para majikan serta gereja.
Konsolidasi kekuatan baru dilakukan Owen dengan mengkombinasikan produksi industri dan pertanian. Dari konsilodasi ini kekuatan-kekuatan komunitas tumbuh demi mengawal perjuangan mereka. Bahkan Owen yakin bahwa uang dapat digantikan dengan ‘bon-bon kerja’ (labour notes) yang merepresentasikan jumlah waktu dalam kerja yang bisa dipertukarkan dengan barang-barang. Gagasan ini, memeng cukup berhasil. Komunita kerja-sama London (London Co-operative Sosiety) didirikan untuk memajukan gagasan Owen dan ‘Pasar Barter’ (Exchanges). Sebagai seorang sosialis uptopia Owen mendapat dukungan politis dari partai buruh namun itu pun tidak lama. Setelah pemisahan dirinya dari partai buruh Owen gencar melakukan kritik terhdap intitusi-institusi, sistim ekonomi serta nilai kontemporer Inggris yang egoistik dan destruktif yang tidak sesuai dengan prinsip kerja sama rasional. Bahkan ia juga mengkritik kaum buruh yang percaya bahwa tekanan dan konflik merupakan kunci menciptakan perubahan, sehingga gaung perlawanan terhadap kapitalisme menjadi lemah. Kendati itu, Ia menempatkan signifikansi dan urgensitas pendidikan (narture) sebagai sebagai kekuatan yang dapat memanifestasi perubahan.
Newman menilai bahwa dari segi diferensiasi gagasan, landasan perjuangan kaum sosialis utopia--Saint-Simon, Fourier maupun Robert Owen—hanya memberikan kritik parsial pada masyarakat. Saint-Simon mempergunakan pisau analisis evolusi historis melalui kategori kelas produktif, Fourier dengan keyakinan bahwa diperlukannya represi-represi sosial guna memfungsikan kemabali sistim sosial dan Owen menekankan determinisme lingkungan terhadap perilaku masyarakat ,terasa berjalan sendiri-sendiri sehingga gerak perubahan berlangsung secara kurang komprehensif dan massif. Tetapi secara umum ketiga tokoh sosialis utopia telah memberikan sumbagan yang besar terutama ide-ide mereka tentang harmoni masyarakat egalitarian, kerja sama, komune-komune, hak-hak wanita, jaminan nasib buruh, kepedulian ekologis serta yang terutama adalah pencerdasan masyarakat. Oleh sebab itu perjuangan kaum sosialis utopia harus lebih mengandalkan kekuatan tranformatif dari keragaman ide-ide perjuangan dan bukannya mengandalkan kritik parsial terhadap struktur sosial. Diakui pula bahwa warisan ketiga tokoh ini telah memberikan jalan alternatif bagi perjuangan generasi sosiali baru/kelak.
Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar