Jumat, 06 November 2009

STRATEGI PENGORGANISASIAN ISI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DI SMA NEGERI 6 KUPANG TAHUN AJARAN 2009 – 2010

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pandangan tentang hakekat pembelajaran (=pengajaran) berangsur-angsur mengalami perubahan (Ismaniati, 1996:14). Hal ini nampak dalam uraian para ahli tentang hakekat pembelajaran, terutama defenisi yang dikemukakan mereka. Dengan mencermati berbagai defenisi tersebut dapat dilakukan pembedaan dan pengelompokan, yaitu kelompok defenisi yang bersifat tradisonal di pihak yang satu, dan yang modern atau yang baru di pihak yang lain.
Defenisi yang lebih ke arah tradisional pada umumnya lebih menonjolkan apa yang perlu dilakukan oleh guru (pengajar) dalam proses pembelajaran. Ini berarti bahwa yang menjadi subjek dalam pembelajaran adalah guru, bukan siswa. Dengan demikian, sejak rancangan hingga pelaksanaan, tindakan pengajaran akan nampak dalam bentuk serangkaian kegiatan pengajaran guru semata-mata. Sedangkan, siswa pasif sebagai objek atau hanya menerima apa yang ditransferkan guru.
Defenisi yang lebih ke arah modern mulai memandang bahwa dalam pembelajaran, siswa merupakan subjek belajar yang aktif dan unik serta mampu menemukan masalah belajarnya sesuai dengan tingkat perkembangannya. Padangan modern ini juga memandang guru sebagai salah satu sumber belajar yang dapat dimanfaatkan siswa dalam rangka memecahkan problem sekalaigus mencapai tujuan belajarnya. Demikian juga bahwa pandangan modern bukan hanya melihat guru dan buku yang merupakan sumber belajar, melainkan lingkungan secara menyeluruh seperti sekolah dan masyarakat. Dengan memaknai lingkungan secara menyeluruh, maka akan terjadi interksi antara siswa dengan lingkungannya dan dengan begitu siswa akan memperoleh pengalaman yang bermakna bagi hidupnya (Syukur NC, 2004:6). Karena itu, defenisi-defenisi dalam kelompok ini, cenderung akan menonjolkan pentingnya upaya perskriptif tentang strategi pembelajaran untuk memudahkan belajar siswa, sehingga tujuan dapat dicapai secara lebih efektif dan efisien.
Dari pembedaan dan pengelompokan di atas menunjukan bahwa telah berlangsungnya apa yang disebut sebagai pergeseran dan perubahan paradigma pembelajaran. Diakui bahwa pergeseran dan perubahan paradigma pembelajaran turut didorong oleh tuntutan penggunaan berbagai media dengan maksud untuk menciptakan kemudahan belajar (Uno, 2008:v).
Pergeseran paradigma dalam pembelajaran harus dilihat sebagai tantangan bagi lembaga-lembaga pendidikan dan para pengajar (guru) untuk meningkatkan kualitas profesionalasimenya. Dalam hal ini, guru mampu mendesain, menerapkan dan mengevaluasi program pembelajaran secara baik. Apalagi, peningkatan mutu, relevansi dan efektifitas pendidikan sebagai tuntutan nasional sejalan dengan perkembangan dan kemajuan masyarakat, berimplikasi secara nyata dalam program pendidikan dan kurikulum sekolah. Tujuan dan program kurikulum dapat dicapai secara baik apabila programnya didesain secara baik dan aplikatif (Hamalik, 2001:vi).
Pemikiran di atas berimplikasi pada adanya tuntutan bagi para guru untuk memiliki kemampuan mendesain programnya dan sekaligus menentukan strategi instruksional yang harus ditempuh. Para guru harus memiliki keterampilan memilih dan menggunankan metode mengajar untuk dapat diterapkan dalam sistem pembelajaran yang efektif. Dan untuk itu, maka diperlukan perencanaan pembelajaran.
Untuk memehami apa yang dimaksudkan sebagai perencanaan pembelajaran, defenisi dari kedua kata tersebut perlu jelaskan telebih dahulu. Kata perencanaan memiliki beberapa defenisi, sebagaimana ditemukan dalam literatur. Cunningham dalam Uno (2008:1), mendefenisikan perencanaan ialah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan mengevaluasi dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian.
Steller dalam Uno (2008:1), mendefenisikan perencanaan sebagai hubungan antara apa yang ada sekarang (what is) dengan bagaimana seharusnya (what should be) yang bertalian dengan kebutuhan, penentuan tujuan, prioritas, program dan alokasi sumber. Sementara itu, Robinson dalam Uno (2008:1), mendefenisikan perencanaan adalah suatu cara mengantisipasi dan menyeimbangkan perubahan.
Dari ketiga defenisi di atas, Cunningham menekankan perencanaan pada usaha menyeleksi dan menghubungkan sesuatu dengan kepentingan masa yang akan datang serta usaha untuk mencapainya. Dengan demikian, perencanaan tidak lain ialah apa wujud yang akan datang itu dan bagaimana usaha untuk mencapainnya. Dan Steller menekankan bagaimana seharusnya adalah mengacu pada masa yang akan datang. Jadi, perencanaan dalam pandandangan Steller ditekankan pada usaha mengisi kesenjangan antara keadaan sekarang dan keadaan yang akan datang dengan disesuaikan pada apa yang diinginkan yakni menghilangkan jarak (gap) anyata keadaan sekarang dengan keadaan mendatang. Sedangkan, Robinson memberikan tekanan yang cukup bebeda dalam perencanan yakni dengan asumsi bahwa perubahan selalu terjadi atau perunahan tidak dapat dihindari. Oleh karenan itu, antisipasi terhadap lingkungan diperlukan. Dan hasil antisipasi tersebut dipakai, sehingga perubahan yang terjadi (lingkungan) berimbang dan selaras dengan suatu organisasi. Walaupun terdapat perbedaan tekan dalam defenisi perencanaan sebagaiman telah diurai di atas, ketiga pakar pada hakekatnya memberikan makna yang sama tentang perencanaan yaitu sama-sama ingin mencari dan mencapai wujud yang akan datang.
Dari analisis ini, maka dengan merujuk pada simpulan yang dirumuskan Uno, perencanaan ialah suatu cara yang memuaskan untuk membut kegiatan berjalan dengan baik disertai dengan berbagai langkah antisipatif guna memperkecil kesenjangan, sehingga kegiatan pembelajaran mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Uno, 2008:2).
Degeng (1990:1), mendefenisiakan pembelajaran sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Ismaniati (1996:15), mengemukakan bahwa pembelajaran pada hakekatnya adalah upaya membelajarkan siswa. Kedua defenisi di atas nampak nyata bahwa pembelajaran bukan gambaran kegiatan mengajar guru, melainkan berupa usaha-usaha yang dilakukan untuk memudahkan proses-proses internal ketika seorang belajar. Dalam pembelajaran, usaha-usaha membelajarkan siswa dapat dalam bentuk memilih, menetapkan dan mengembagkan strategi yang optimal untuk mencapai hasil yang diinginkan berdasarkan kondisi tertentu. Jadi, usaha-usaha strategis tersebut kesemuanya diacukan agar proses belajar menjadi lebih efektif dan efisien. Inilah inti pembelajaran.
Secara lebih rinci, Uno (2008:2), menjelaskan istilah pembelajaran yakni istilah pembelajaran memiliki hakekat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya membelajarkan siswa. Implikasi dari istilah pembelajaran sebagaina dikemukakan Uno di atas ialah dalam belajar siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi memungkinkan siswa berinterkasi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu, pembelajaran memusatkan perhatian pada bagaimana membelajarkan siswa, dan bukan pada apa yang yang dipelajari siswa. Jadi, jelas bahwa makna pembelajaran lebih menekankan bagaimana cara agar tercapainya sustu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam kaitan dengan pencapaian tujuan pemebelajaran, pertanyaan bagaimana cara tujuan pembelajaran dicapai secara efektif dan efisien menjadi hal yang mendasar. Sekadar menegaskan kembali bahwa pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa, maka niscaya untuk memperhatikan klasifikasi variabel pembelajaran. Sebab,variabel pembelajaran adalah landasan praktis sekaligus pedoman yang menuntun guru dalam usahanya membelajarkan siswa. Dengan perkataan lain, jawaban dari pertanyaan bagaimana cara tujuan pembelajaran dicapai secara efektif dan efisian, secara praktis adalah klasisfikasi variabel pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu, rumusan praktis dari pertanyaaan bagaimana suatu tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien, maka kita langsung diperhadapkan dengan bagaiman cara mengorganisasikan isi pembelajaran, bagaimana menyampaikan isi pembelajaran, dan bagaiman menata interaksi sumber-sumber belajar yang ada agar dapat berfungsi secara optimal.
Menurut Degeng dalam Uno (2008:3), pembelajaran yang akan direncanakan memerlukan berbagai teori untuk merancangnya agar rencana pembelajaran yang disusun benar-benar memenuhi harapan dan tujuan pembelajaran. Maka dalam rancangan pembelajaran pendekatan (approach) terhadap tujuan pemebelajaran berpijak pada teori pembelajaran (perskriptif). Teori pembelajaran bersifat perspkriptif yakni memberikan resep atau petunjuk bagaimana cara melaksanakan pembelajaran. Jadi jelas, jika teori belajar adalah mendeskripsikan proses belajar berlangsung dalam diri sesorang, maka teori pembelajaran (perskriptif) memberikan arah, petunjuk, pedoman, bagaimana melaksanakan tahap-tahap pembelajaran yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang dipakai oleh teori belajar.
Merencanakan pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari variabel pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh perencanaan pembelajaran terkait dengan tiga variabel pembelajaran (Uno, 2008:15). Variabel pembelajaran dapat rinci menjadi 3 (tiga) klasifikasi variabel yaitu variabel (1) kondisi pengajaran, (2) metode pengajaran dan (3) hasil pengajaran (Ismaniati, 1996:15-16). Dari ketiga variabel tersebut, hanya variabel metode yang dapat dimanipulasi, sedangkan variabel yang lain tidak dan harus diterima apa adanya.
Kondisi pembelajaran didefenisiakan sebagai faktor yang mempengaruhi efek metode dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Ia berinteraksi dengan metode pembelajaran yang pada hakekatnya tidak dapat dimanipulasi (Uno, 2008:16). Atau, kondisi pembelajaran merupakan variabel yang mempengaruhi metode pembelajaran dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Sifat variabel ini adalah kondisional, sehingga tidak dapat dimanipulasi (Ismaniati, 1998:16). Berbeda dengan variabel metode pembelajar. Metode pembelajaran didefenisikan cara-cara yang bebeda untuk mecapai pembelajaran yang bebeda dibawah kondisi pembelajaran yang berbeda (Uno, 2008: 16). Klasifikasi yang ketiga, hasil pembelajaran, mencakup semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode di bawah kondisi pembelajaran yang berbeda (Uno, 2008:16).
Oleh karena itu, dalam upaya perencanaan pembelajaran perhatian perancang (guru) harus difokuskan pada upaya memperskrpisi metode pembelajaran. Dalam hal ini harus diingat bahwa upaya perskprisi variabel metode pembelajaran harus melihat variabel yang yang mempengaruhi penggunaan variabel metode. Degeng dalam Asminiati (1996:16), mengidentifikasi dan mengelompokan variabel kondisi menjadi 3 (tiga), yaitu variabel: (1) tujuan pembelajaran, (2) karakteristik siswa dan (3) kendala dan karakter bidang studi. Analisis variabel kondisi pembelajaran ini dijadikan sebagai dasar dalam pemilahan, penetapan dan pengembangan strategi untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Dengan demikian, metode pembelajaran merupakan pemakaian cara untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan berdasarkan pada kondisi pembelajaran.
Perlu dikemukakan bahwa istilah metode pembelajaran sering digunakan secara bergantian dengan strategi pembelajaran dengan makna yang sama. Jika, metode pembelajaran didefenisikan cara-cara bebeda untuk mecapai pembelajaran yang bebeda, di bawah kondisi pembelajaran berbeda demi mencapai hasil yang diinginkan, maka strategi pembelajaran lebih diacukan pada penataan cara-cara ini (=metode), sehingga terwujud suatu urutan langkah prosedural yang dapat dipakai untuk mencapai hasil yang diingikan. Atau, strategi pembelajaran diacukan sebagai salah satu cara yang telah tersusun dalam suatu tatanan yang utuh dengan urutan langkah secara jelas untuk mencapai hasil yang diinginkan (Degeng, 1990:1-2).
Cara-cara strategi pembelajaran sebagai salah satu cara yang tersusun dalam suatu tatanan utuh dengan urutan langkah secara jelas, meliputi: pengorganisasian isi, penyampaian isi, maupun pengelolaan isi. Oleh karena itu, dalam merancang pembelajaran, perancang (guru) dapat merinci dan menatanya dengan berpijak pada pembedaan atas 3 (tiga) strategi pembelajaran tersebut, yaitu: (1) strategi pengorganisasian isi pembelajaran, (2) strategi penyampaian isi pembelajaran dan (3) strategi pengelolaan pembelajaran (Degeng, 1996:2; Asminiati, 1996:16).
Ketiga strategi pembelajaran di atas dijelaskan lebih lanjut. Strategi pengorganisasian (organization strtegy) adalah metode untuk mengorganisasikan isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran. “Mengorganiasi” mengacu pada suatu tindakan seperti pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, format dan lainnya yang setingkat dengan itu. Strategi penyampaian (delivery strategy) adalah metode untuk menyampaikan pembelajaran kepada siswa dan/atau untuk menerima serta merespons masukan yang berasal dari siswa . Media pembelajaran merupakan media dari bidang kajian ini. Dan strategi pengelolaan (management strategy) adalah metode untuk menata interaksi antara si belajar dan variabel metode lainnya, variabel pengorganisasian dan isi pembelajaran.
Telah jelas pada awalnya dikemukakan bahwa perencanaan pembelajaran bukan hanya merupakan hasil dari pergeseran dan perubahan paradigma pembelajaran dalam dunia pendidikan serta semakin tingginya tuntutan dan perkembangan masyarakat, tetapi secara hakiki hadir sebagai solusi atas tuntutan, tantangan peningkatan mutu atau kwalitas, relevansi dan efektifitas pembelajaran. Selain itu, dengannya belajar siswa dipermudah. Dengan demikian, upaya guru dalam merancang pembelajaran dan menghasilkan program pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa bermuara pada optimalisasi pemenuhan kebutuhan dan tujuan belajar siswa.
Namun, dalam pengalaman nyata, masih ditemukan bahwa kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pendidikan yang cepat tidak sejalan dengan daya suai atau daya adaptasi sekolah dan guru dalam penyelenggaraan pendidikan. Padahal, sebagaimana dikemukanan oleh Soeharto, dkk. (2003:1), bahwa pergeseran dan perubahan paradigma pembelajaran yang ditandai dengan adanya inovasi terus menerus dalam bidang pendidikan, menuntut para pengelola pendidikan (termasuk guru) untuk meningkatkan kualitas kemampuannya dalam menjalankan tugasnya sehari-hari. Dengan perkataan lain, secara umum dengan adanya perubahan paradigma pembelajaran ini, menuntut para guru, dosen, mahasiswa, dan para pelaksanan pelatihan agar dapat menyesuaikan diri dalam menjalankan tugasnya dengan berbagai teori yang mendasari paradigma pembelajaran tersebut.
Salah satu bukti tidak sejalannya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pendidikan dalam dunia pendidikan, khususnya berkaitan dengan perencanaan pembelajaran ialah pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen (Protestan) yang berlangsung di Sekolah Menegah Atas Negeri 6 (eman) Kupang (SMAN 6 Kupang). Salah satu masalah dalam kaitannya dengan perencanaan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK) tersebut ialah masih kurangnya pengetahuan dan keterampilan guru dalam hal merencanakan dan menerapkan strategi pengorganisasian isi materi pembelajaran pada mata pelajaran tersebut.
Berdasarkan pengalaman penulis sebagai mahasiswa Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) pada tahun angkatan 2008/2009, ditemukan bahwa upaya guru mata pelajaran bersangkutan tidak melalui perencanaan materi pembelajaran berdasakan prinsip-prinsip perencanaan pembelajaran, khususnya mengacu pada bagaimana mengorganisasikan isi pembelajaran. Misalnya, upaya guru dalam mempersiapkan materi pembelajaran tidak didasarkan pada kebutuhan dan karakteristik si belajar. Hal ini diketahui dari naskah-naskah materi pembelajaran yang terkadang baru mulai dipersiapkan secara dadakan sebelum jam pelajaran dimulai. Upaya persiapan ini pada dasarnya selalu mengacu pada buku paket yang secara formal diakui sekolah sebagai buku standar pelajaran bagi guru dan siswa. Padahal, buku-buku standar yang dipakai memiliki kelemahan-kelemahan yang prinsip, seperti perencanaan pembelajaran dan pengorganisasian isi materi dalam buku-buku teks tersebut tidak didasarkan pada kondisi pembelajaran dimana pelajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK) berlangsung. Perencanaan dan pengorganisasian isi materi dalam buku-buku tersebut disusun jauh dari kondisi nyata siswadan lebih benyak mempergunakan asumsi yang menyamaratakan kebutuhan setiap siswa pada tingkat perekembangan tertentu pada segara tempat.
Permasalahan lainnya ialah guru cenderung mengacu secara kaku pada buku-buku teks tersebut, sehingga meteri pembelajaran yang dipergunakan tidak terkontekstualisasi sesuai dengan kondisi belajar setempat. Hal ini, cukup mendatangkan permasalahan pada tingkat penerimaan dan keterserapan pemahaman siswa terkait dengan pokok-pokok dari materi tersebut. Kondisi riil (nyata) yang diangkat dalam penyaduran materi secara kaku oleh guru mata pelajaran dari buku-buku teks tersebut kurang relevan dengan kondisi riil siswa yang nota bene memiliki lingkungan yang sangat berbeda dari lingkungan dimana buku-buku teks ini disusun.
Hal lain yang menjadi permahasalahan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen pada sekolah di atas ialah penggunaan metode belajar yang sangat terbatas. Keterbatasan penggunaakan metode ini ialah metode ceramah masih merupakan metode laris yang dipakai guru. Walaupun, dalam Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dituliskan metode-metode lain seperti diskusi kelompok, observasi, studi kasus, dll. Efek buruk dari metode belajar tunggal ini ialah guru masih memposisikan diri sebagai subjek dalam pembelajaran dan siswa hanya sebagai objek. Pembelajaran berlangsung secara monologis (bersifat satu arah) yakni dari guru kepada siswa. Pembelajaran tersebut benar-benar menampakan proses transfer pengetahuan dari guru kepada siswa. Guru menjadi sangat aktif dan siswa sangat pasif. Hal ini memiliki efek buruk lanjutan dalam proses pembelajaran yakni suasana kelas menjadi sangat tegang dan membosankan bagi siswa. Tentu saja hal ini dikarenakan oleh guru tidak membangun interaksi belajar diantara dirinya, siswa dan lingkungan sekitar.
Masih berkaitan dengan penggunaan metode pembelajaran ialah dengan metode pembelajaran yang tunggal dan kaku tersebut, mengakibatkan ketidakseimbagan dalam terbangunnya pengetahuan di antara sekian banyak siswa. Hal ini dibuktikan dengan tingkat interaksi belajar yang sangat mimim dari siswa. Respons siswa terhadap ceramah guru bersifat terbatas (beberapa orang dari sekian banyak siswa). Dan hal ini selalu terjadi dalam setiap kali berlangsungnya pembelajaran. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat respons siswa yang terbatas dan beputar pada orang-orang tertentu, maka tingkat pemahaman siswa tidak seimbang. Siswa aktif mengalami kemajuan dan siswa pasif stabil pada atau bahkan tertinggal.
Sisi permasalahan lainnya ialah keterbatasan media pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk mengkonkretisasi dan mempermudah penyampaian suatu pokok materi kepada siswa. Hal ini memberikan kesulitan bagi siswa untuk mencapai penguasaan materi secara efektif dan efisien. Padahal, peran media pembelajaran sangat penting bagi siswa karena dapat memberikan kemudahan serta meningkatkan daya tarik siswa untuk belajar tentang suatu hal.
Dari pemaparan latar belakang di atas, mendorong penulis untuk melakukan suatu penelitian ilmiah pada Sekolah Mengahah Atas Negeri 6 (enam) Kupang (SMAN 6 Kupang) dengan judul “Strategi Pengorganisasian Isi Dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK)”
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang maka masalah dapat diindentifikasi sebagai berikut:
1. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan guru dalam merancang strategi pengorganisasian isi pembelajaran.
2. Pengembangan materi pembelajaran masih terpaku pada buku-buku teks yang kurang relevan dengan kondisi dimana pembelajaran berlangsung, sehingga kebutuhan belajar siswa tidak terpenuhi.
3. Keterbatas pemilihan dan penggunaan metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi serta karakteristik siswa, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
4. Adanya ketidakseimbagan dalam kemajuan belajaran siswa-siswi.

C. PEMBATASAN MASALAH
Upaya penulis dalam mengidentifikasi permasalahan di atas, secara sepintas mungkin menunjukan keterpisahan antara masalah yang satu dengan yang lainnya. Akan tetapi, jika dicermati secara saksama, maka permasalahan-permasalahan yang diidentifikasi tersebut bertolak dari satu akar permasalahan. Demikian maka, dalam bagian pembatasan masalah ini, pertimbagan akan apa yang menjadi pokok (substansi) permasalahan serta demi ketepatan dan dan keterfokusan penelitian, penulis membatasi permasalahan pada bagian pertama dari urutan identifikasi masalah di atas, yakni: “Strategi pengorganisasian isi dalam pembelajaran Pendidikan Agama kristen (PAK) di Sekolah.”
D. PERUMUSAN MASALAH
Rumusan pada bagian pembatasan permasalahan di atas membantu penulis untuk membuat suatu rumusan masalah (rumusan problematik) yang kemudian akan dijadikan sebagai acuan penelitian ilmiah ini. Adapun rumusan problematik tersebut ialah “Bagaimana Strategi pengorganisasian Isi Dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK)”
E. TUJUAN DAN KEGUNAAN
1. Tujuan.
Tujuan penelitian ini diacukan pada upaya untuk mengetahui seperti apakah strategi pengorganisasian isi yang akan diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK) pada Tahun Ajaran 2009/2010 di Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Kupang (SMAN 6 Kupang).
2. Kegunaan.
a. Kegunaan Akademik.
Kegunaan akademik dalam penelitian ini ialah memberikan kontribusi teoritik berkaitan dengan suatu upaya penelitian ilmiah tentang penerapan strategi pengorganisasian isi Pembelajaran Agama Kristen (PAK) yang sesuai (proporsional) dengan variabel kondisi (kondisi riil) pembelajaran pada Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Kupang (SMAN 6 Kupang). Dari upaya ini, diharapkan dapar menghasilakan suatu strategi pengorganisasian isi pembelajaran. Dimana, dimungkinkan berlangsungnya proses pembelajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK) yang memudahkan belajar siswa dan dengannya, ada efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran.
b. Kegunaan Praktis.
Kegunaan praktis melalui penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
• Memberikan pemahaman dan keterampilan bagi guru bersangkutan tentang bagaimana melakukan perencanaan strategi pengorganisasian isi pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen yang disasarkan pada kondisi riil pembelajaran pada kelas pembelajaran tersebut. Pertimbangan kontribusi praktis ini, diharapkan pula akan memperkecil (meminimalisir) permasalahan guru seperti kekurangpemahamannya serta kekurangterampilnya ia dalam merencanakan strategi pengorganisasian isi pembelajaran sekaligus membantu guru agar menghindari upaya asal rancang strategi pengorganisasian isi materi pembelajaran.
• Memberikan alternatif ketersediaan sumber belajar yang relevan dan bermutu kepada kepada guru dalam upaya merancang strategi pengorganisasian isi pemebelajaran pada mata pelajaran bersangkutan. Manfaat praktis ini mengacu pada permasalahan riil sekolah, guru dan siswa yang tidak didukung dengan ketersediaan sumber belajar yang lengkap dan bervariasi serta kekakuan guru dalam memanfaatkan sumber belajar dari buku-buku teks yang seringkali tidak relevan dengan kebutuhan belajar siswa.
• Memberikan kemudahan belajar bagi siswa sehingga ia dapat mencapai tujuan belajarnya secara lebih efektif dan efisien. Kontribusi ini, merupakan kontribusi yang cukup prinsip. Karena dengan strategi pengorganisasian isi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi riil siswalah, ia dapat melakukan percepatan (akselerasi) dan inovasi kreativitas belajar sesuai dengan karakteristik belajarnya masing-masing. Hal ini tentu saja akan meminimalisir ketidakseimbagan kemajuan belajar siswa dalam mata pelajaran bersangkutan.
F. ASUMSI
Adapun asumsi yang mendasari penelitian ilmiah ini ialah: Tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif, apabila strategi pengorganisasian isi pembelajarannya rencanakan secara tepat dengan kondisi pembelajarannya.






















Daftar Pustaka


Degeng, Sudana Nyoman I, 1990. Strategi Pembelajaran: Mengorganisasikan Isi Dengan Model Elaborasi. (Disertai Bahasan tentang Temuan Penelitian). Kerjasama Penerbit Institute Kegururuan Dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Malang dengan biro penerbitan ikatan profesi teknologi pendidikan Indonesia Jakarta.

Ismaniati, Christina. 1996. Tesis: Pengembagan Komik Pembelajaran Unguh-Unguh bahasa jawa Untuk Kelas IV Sekolah Dasar Dengan Model Degeng. Institute Kegururuan Dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Malang, Program Pasca Sarjana, Program Studi Teknologi Pembelajaran, Malang.

Hamalik, Oemar, Prof. Dr, 2008. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bumi Aksara, Jakarta.

NC Syukur, Fatah, Drs. 2004. Teknologi Pendidikan. RASIL Media Group, Semarang.

Soeharto, karti, dkk. 2003. Teknologi Pemebelajaran (Pendekatan Sistem, Konsepsi dan Model, SAP, Evaluasi, Sumber Belajar dan Media). SIC, Surabaya.

Uno, B. Hamzah, Dr. M.Pd. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bumi Aksara, Jakarta.

1 komentar: