Senin, 16 November 2009

Aparatus Herder Semangat mahasiswa dalam melakukan penokan kenaikan harga BBM yang kedua kalinya sebagaimana telah direncanakan rezim oleh rezim SBY-

james faot
Aparatus Herder
Semangat mahasiswa dalam melakukan penokan kenaikan harga BBM yang kedua kalinya sebagaimana telah direncanakan rezim oleh rezim SBY-JK harus maknai sebagai “perjuangan untuk meyelamatkan negara dan rakyat dari implementasi proyek kuburan massal bagi bangsa Indonesia yang gali golongan kapitalis asing”. Rezim SBY-JK dan kroni-kroninya adalah komprador alias kaki tangan pemodal bule sekaligus penjilat “pantat putih” yang hipperistik. Dan untuk menjadi komprador dan penjilat resim SBY-JK harus tega melakukan kejahatan puncak pada bangsa Indonesia................tulisan ini adalah ................salah satu dari jutaan kritik dari mahasiswa sekaligus rakyat terhadap penghianat Ibu Pertiwi.

Terdapat tiga alasan paling fundamental mengapa mahasiswa melakukan demonstrasi ketika rezim SBY-JK merencanakan kenaikan harga BBM. Pertama, karena pemerintahan SBY-JK telah terkooptasi dalam jerat logika liberalisme pasar, milik kaum kapitalis yang didirikan di atas landasan idealogi imperelalisme (imperalism idoaligies).
Rasionalisasinya mengunakan jargon inverstasi sebagai upaya peningkatan dan pengembagan ekonomi indonesia. Dan kuantitas serta intensitas Investasi merupakan indikator majunya ekonomi suatu bangsa/negara. Irasional yang rasional telah dimaikan kaum pemodal asing dan membawa rezim SBY-JK pada trend kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi ialah suatu sikap keterbukaan pemerintah atau negara untuk memberikan kesempatan pada masyarakat termasuk kaum kapitalis untuk mempribadikan “barang” yang dikuasai negara/rakyat. Privatisasi disamar dengan wujud demokrasi ekonomi (economic democracy manifesto)—karena indonesia harus berdemokrasi atau terbuka termasuk terbuka dengan para eksploitator ulung. Dari total 137 BUMN di Indonesia rezim SBY-JK telah berhasil menjualnya kepada pihak asing sebanyak 28 perusahaan dan ditargerkan lagi 44 harus terjual sebelum habis tahun 2008. Memang investasi menjanjikan keuntungan, tetapi kalau kontraknya merugikan kita apanya yang menguntungkan? Sebab dari hasil privatisasi BUMN sektor migas Indonesia hanya memperoleh 20 persen keuntungan dan 80 persen untuk investor. Maka dari itu, mahasiswa sebagai rakyat dan representasi rakyat menuntut nasionalisasikan BUMN yang dijual kepada lintah-lintah darat bangkok tersebut. Kedua, turunkan harga barang (sembako) dan selenggarakan pendidkan serta layanan kesehatan murah (gratis) bermutu. Dari tahun ketahun harga barang terus naik, pendidikan semakin mahal dan harga kesehatan pun tersangkut di langit. Ini membuat rakyat kecil menjadi semakin menderita dan senggasara. Secara khusus pada kebijakan kenaikan BBM, seluruh sektor kebutuhan manusia akan ikut naik dan takkan mau turun. Ketiga, hentikan pinjaman dan pembayaran hutang luar negeri, hentikan PHK buruh dan buka lapangan kerja. Setiap tahun pemerintah harus membayar utang luar negeri Rp 87 trilyun, utang luar negeri yang masuk hanya 20 trilyun. Terdapat selisih negatif Rp. 67 trilyun. Ada juga kajian yang memperkirakan PHK hingga 2 juta, ketika berlangsung penandatanganan nota kesepakatan antara PT Jamsostek dengan Asosiasi Pengusaha Indonesia.
Ketika pemerintah mulai mensosialisasikan perncana kenaikan BBM, tak pelak lagi bahwa rakyat yang menderita bersikeras untuk hak tersebut jangan dilakukan. Tetapi SBY-Jk ngotot menaikan dengan mencari alibi bagi pembenaran keanikan ini. “APBN mau Jeblok” kata SBY. Padahal “APBN tidak jemblok” kata pakar dan pengamat ekonomi senior kita Quik Kian Gie. Pemerintah kemudian mempersiapkan ribuan polisi diberbagai tempat dan titik-titik konsentrasi massa pendemo. Mahasiswa sebagai inisiatir mengkoordinir demonstrasi supaya niat jahat SBY-JK jangan dilaksanakan karena hanya akan membawa dampak buruk bagi negara dan rakyat.
Sebagai pengaman dalam masyarakat polisi menjalankan fungsinya untuk mengontrol atau mengawasi jalannya demonstrasi mahasiswa yang membawa aspirasi raktat. Tetapi, dasar makhluk bermental herder alias aparatus herder, polisi harus mengamankan kepentingan pejabat pemerintahan dan juga bossnya pemerintah, kapitalis, asing lagi. Dipecahkan sebagai rakyat yang sama pula dalam hal kepentingan dan status tetapi, dipecahkan dan dikonflikkan untuk kepentingan penjahat ekonomi politik. Polisi tidak lagi mempertimbagkan pendekatan persuasif tetapi konflik dengan membagun wacana bahwa mahasiswa berlaku anarkis. Ingin dipertegas saja oleh saya, bahwa seandainnya mahasiswa anarkis, tindakan itu merupakan reaksi atas kejahata SBY-JK dan tuan-tuan asing yang dilayani mereka. Dan polisi harus melihat dan menyadari ini. Tetapi, sekali lagi, mahasiswa tidak berlaku anarkis sebagaimana yang dikatakan polisi. Polisi hanya menyambung dan membagun wacana bagwa perjuangnan mahasiswa tidak murni, sudah ditunggangi, dan karena itu dibutuhkan sikap represif untuk meng-skakmat-kan perjuangan mahasiswa. Demi ini, maka polisi melakukan anarkis kepada mahasiswa. Namun anarkis polisi dilegalkan atas nama tugas dan kewenangan. Sungguh ini sebuah hegemoni berlapis tiga, hegemini kapitalis, hegemoni pemerintah dan hegemoni polisi. Dalam lapisan hegemini terbawah dan terdekat dengan mahsiswa polisi ialah apararus herder alias makluk manusia berwatak anjing yang tak dapat lagi membedakan bahwa makhuk manusia yakni mahasiswa dan rakyat tidak bersalah tetapi karena perintah tuan kecil pemerintah dan tuan bersar kapitalis maka herder itu menggonggong dan menggigit. Dasar anjing....bodoh dan jahat sifatnya! Inilah posisi jelas polisi, yang saya ilustrasikan sebagai anjing herder, alat ditangan pemerintah dan kapitalis, yang hanya tau disuruh tuannnya walaupun tuannya yang bersalah ia tetap taat pada tuannnya dan mengamankan mereka yang dianggap sebagai musush tuan. Herder benar-benar berotah dan bermental alat tidak lebih dari itu, walaupun herder hidup ia telah mati magi rakyat.
Polisi sebagai alat dan kepolisian sebagai institusinya mengemban tugan pengayom masyarakat. Sedikit kebenaran esensi keberadaan dan fungsi mereka, banyaknya polisi bukan pengayom. Kasus antara polisi dan mahasiswa sama sekali tidak menunjukan bahwa polisi dalam menghadapi mahasiswa benar-benar mempergunakan pendekatan konflik karena pendekatan persuasif tidak mempan. Sudah bukan rahasia lagi bahwa pewacanaan secara nasional dikalangan pemerintahan dan polisi bahwa mahasiswa adalah intelektual anrkis dan selalu berkarya melalui demonstrasi dengan menimbulkan kericuhan dan kehancuran. Wacana ini dengan sendirinya melegalkan tindakan konflik yang diambil poliusi pada mahsiswa. Jadi menurut saya teori tersebut hanya akan memberikan jaminan bagi polisi untuk terus berlaku represiaf alias menjadi aparatus herder ketika berhadapan dengan rakyat dan mahasiswa.
Penilaian saya terhadap konflik antar mahasiswa dan polisi adalah konflik internal anak bagsa yang dipecah-belahkan oleh komprador yang bersedia mengabdi bagi kepentingan kapitalis asing. Konflik polisi dan mahsiswa adalah kondisi yang telah direkayasa oleh pemodal asing, demi kepentinbgan mereka, kepentingan eksploitasi mereka mempergunakan budak mereka dipemerintahan untuk mengerakan alat pengaman atau anjing herder yakni polisi untuk menekan dan mematikan perjuangan “manusia-manusia sadar” yakni mahasiswa dalam perlawanannya terhadap kelompok pantat putuh/kapitalis asing.
Polisi dan mahasiswa adalah sama-sama korban. Layaknya pepatah kita “menang jadi arang ...kalah jadi abu”, di antara polisi atau mahasiswa, menang atau kalah kita adalah korban, sekali kagi bahwa kita hanyalah yang dikorbankan oleh para elit pemerintah dan elit ekonomi. Oleh sebab itu sedah saatnya untuk kita menjadi “sadar” dari penjajahan modern melaui logika idealogi ekonomi politik global yang dikendalikan oleh satu tangan yakni tangan pemodal. Kita harus mampu melihat gerek tangan mereka sehingga tidak dicengkram demi kepentingan eksploitasi yang bukan hanya secara ekonomi tetapi menyangkut penjajahan harkat dan martabat kita sebagai bangsa yang merdeka. Indonesia memiliki harga diri yang jelas ketika Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia kepada dunia tahun 1945. janganlah hanya dengan sogokan kecil yang mereka taruh ditepitan jari, kita, sebagai pemerintah, politikus, polisi, mahasiswa dan rakyat bereni menjual harga diri. Jauhkan sikap pragmatis dari cara berpikir sesaat, karena itu adalah penjajahan. Indonesia harus bangikt dengan paradigma baru tentang kemandiri. Harapan kemandirian itu akan datang, dan sudah sangat dekat, Wiji Tukul mengatakan bahwa “Aku sudah mendengar bunyi telapak kaki revolusi”. Inilah yang akan membawa Indonesia menjadi bangsa yang meredeka, mandiri dan maju. Sekian!!!
Tulisan jelek dan singkat ini ku persembahkan bagi seluruh teman-teman mahasiswa yang berjuang demi revolusi di bumi pertiwi.

Semangat mahasiswa dalam melakukan penokan kenaikan harga BBM yang kedua kalinya sebagaimana telah direncanakan rezim oleh rezim SBY-JK harus maknai sebagai “perjuangan untuk meyelamatkan negara dan rakyat dari implementasi proyek kuburan massal bagi bangsa Indonesia yang gali golongan kapitalis asing”. Rezim SBY-JK dan kroni-kroninya adalah komprador alias kaki tangan pemodal bule sekaligus penjilat “pantat putih” yang hipperistik. Dan untuk menjadi komprador dan penjilat resim SBY-JK harus tega melakukan kejahatan puncak pada bangsa Indonesia................tulisan ini adalah ................salah satu dari jutaan kritik dari mahasiswa sekaligus rakyat terhadap penghianat Ibu Pertiwi.

Terdapat tiga alasan paling fundamental mengapa mahasiswa melakukan demonstrasi ketika rezim SBY-JK merencanakan kenaikan harga BBM. Pertama, karena pemerintahan SBY-JK telah terkooptasi dalam jerat logika liberalisme pasar, milik kaum kapitalis yang didirikan di atas landasan idealogi imperelalisme (imperalism idoaligies).
Rasionalisasinya mengunakan jargon inverstasi sebagai upaya peningkatan dan pengembagan ekonomi indonesia. Dan kuantitas serta intensitas Investasi merupakan indikator majunya ekonomi suatu bangsa/negara. Irasional yang rasional telah dimaikan kaum pemodal asing dan membawa rezim SBY-JK pada trend kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi ialah suatu sikap keterbukaan pemerintah atau negara untuk memberikan kesempatan pada masyarakat termasuk kaum kapitalis untuk mempribadikan “barang” yang dikuasai negara/rakyat. Privatisasi disamar dengan wujud demokrasi ekonomi (economic democracy manifesto)—karena indonesia harus berdemokrasi atau terbuka termasuk terbuka dengan para eksploitator ulung. Dari total 137 BUMN di Indonesia rezim SBY-JK telah berhasil menjualnya kepada pihak asing sebanyak 28 perusahaan dan ditargerkan lagi 44 harus terjual sebelum habis tahun 2008. Memang investasi menjanjikan keuntungan, tetapi kalau kontraknya merugikan kita apanya yang menguntungkan? Sebab dari hasil privatisasi BUMN sektor migas Indonesia hanya memperoleh 20 persen keuntungan dan 80 persen untuk investor. Maka dari itu, mahasiswa sebagai rakyat dan representasi rakyat menuntut nasionalisasikan BUMN yang dijual kepada lintah-lintah darat bangkok tersebut. Kedua, turunkan harga barang (sembako) dan selenggarakan pendidkan serta layanan kesehatan murah (gratis) bermutu. Dari tahun ketahun harga barang terus naik, pendidikan semakin mahal dan harga kesehatan pun tersangkut di langit. Ini membuat rakyat kecil menjadi semakin menderita dan senggasara. Secara khusus pada kebijakan kenaikan BBM, seluruh sektor kebutuhan manusia akan ikut naik dan takkan mau turun. Ketiga, hentikan pinjaman dan pembayaran hutang luar negeri, hentikan PHK buruh dan buka lapangan kerja. Setiap tahun pemerintah harus membayar utang luar negeri Rp 87 trilyun, utang luar negeri yang masuk hanya 20 trilyun. Terdapat selisih negatif Rp. 67 trilyun. Ada juga kajian yang memperkirakan PHK hingga 2 juta, ketika berlangsung penandatanganan nota kesepakatan antara PT Jamsostek dengan Asosiasi Pengusaha Indonesia.
Ketika pemerintah mulai mensosialisasikan perncana kenaikan BBM, tak pelak lagi bahwa rakyat yang menderita bersikeras untuk hak tersebut jangan dilakukan. Tetapi SBY-Jk ngotot menaikan dengan mencari alibi bagi pembenaran keanikan ini. “APBN mau Jeblok” kata SBY. Padahal “APBN tidak jemblok” kata pakar dan pengamat ekonomi senior kita Quik Kian Gie. Pemerintah kemudian mempersiapkan ribuan polisi diberbagai tempat dan titik-titik konsentrasi massa pendemo. Mahasiswa sebagai inisiatir mengkoordinir demonstrasi supaya niat jahat SBY-JK jangan dilaksanakan karena hanya akan membawa dampak buruk bagi negara dan rakyat.
Sebagai pengaman dalam masyarakat polisi menjalankan fungsinya untuk mengontrol atau mengawasi jalannya demonstrasi mahasiswa yang membawa aspirasi raktat. Tetapi, dasar makhluk bermental herder alias aparatus herder, polisi harus mengamankan kepentingan pejabat pemerintahan dan juga bossnya pemerintah, kapitalis, asing lagi. Dipecahkan sebagai rakyat yang sama pula dalam hal kepentingan dan status tetapi, dipecahkan dan dikonflikkan untuk kepentingan penjahat ekonomi politik. Polisi tidak lagi mempertimbagkan pendekatan persuasif tetapi konflik dengan membagun wacana bahwa mahasiswa berlaku anarkis. Ingin dipertegas saja oleh saya, bahwa seandainnya mahasiswa anarkis, tindakan itu merupakan reaksi atas kejahata SBY-JK dan tuan-tuan asing yang dilayani mereka. Dan polisi harus melihat dan menyadari ini. Tetapi, sekali lagi, mahasiswa tidak berlaku anarkis sebagaimana yang dikatakan polisi. Polisi hanya menyambung dan membagun wacana bagwa perjuangnan mahasiswa tidak murni, sudah ditunggangi, dan karena itu dibutuhkan sikap represif untuk meng-skakmat-kan perjuangan mahasiswa. Demi ini, maka polisi melakukan anarkis kepada mahasiswa. Namun anarkis polisi dilegalkan atas nama tugas dan kewenangan. Sungguh ini sebuah hegemoni berlapis tiga, hegemini kapitalis, hegemoni pemerintah dan hegemoni polisi. Dalam lapisan hegemini terbawah dan terdekat dengan mahsiswa polisi ialah apararus herder alias makluk manusia berwatak anjing yang tak dapat lagi membedakan bahwa makhuk manusia yakni mahasiswa dan rakyat tidak bersalah tetapi karena perintah tuan kecil pemerintah dan tuan bersar kapitalis maka herder itu menggonggong dan menggigit. Dasar anjing....bodoh dan jahat sifatnya! Inilah posisi jelas polisi, yang saya ilustrasikan sebagai anjing herder, alat ditangan pemerintah dan kapitalis, yang hanya tau disuruh tuannnya walaupun tuannya yang bersalah ia tetap taat pada tuannnya dan mengamankan mereka yang dianggap sebagai musush tuan. Herder benar-benar berotah dan bermental alat tidak lebih dari itu, walaupun herder hidup ia telah mati magi rakyat.
Polisi sebagai alat dan kepolisian sebagai institusinya mengemban tugan pengayom masyarakat. Sedikit kebenaran esensi keberadaan dan fungsi mereka, banyaknya polisi bukan pengayom. Kasus antara polisi dan mahasiswa sama sekali tidak menunjukan bahwa polisi dalam menghadapi mahasiswa benar-benar mempergunakan pendekatan konflik karena pendekatan persuasif tidak mempan. Sudah bukan rahasia lagi bahwa pewacanaan secara nasional dikalangan pemerintahan dan polisi bahwa mahasiswa adalah intelektual anrkis dan selalu berkarya melalui demonstrasi dengan menimbulkan kericuhan dan kehancuran. Wacana ini dengan sendirinya melegalkan tindakan konflik yang diambil poliusi pada mahsiswa. Jadi menurut saya teori tersebut hanya akan memberikan jaminan bagi polisi untuk terus berlaku represiaf alias menjadi aparatus herder ketika berhadapan dengan rakyat dan mahasiswa.
Penilaian saya terhadap konflik antar mahasiswa dan polisi adalah konflik internal anak bagsa yang dipecah-belahkan oleh komprador yang bersedia mengabdi bagi kepentingan kapitalis asing. Konflik polisi dan mahsiswa adalah kondisi yang telah direkayasa oleh pemodal asing, demi kepentinbgan mereka, kepentingan eksploitasi mereka mempergunakan budak mereka dipemerintahan untuk mengerakan alat pengaman atau anjing herder yakni polisi untuk menekan dan mematikan perjuangan “manusia-manusia sadar” yakni mahasiswa dalam perlawanannya terhadap kelompok pantat putuh/kapitalis asing.
Polisi dan mahasiswa adalah sama-sama korban. Layaknya pepatah kita “menang jadi arang ...kalah jadi abu”, di antara polisi atau mahasiswa, menang atau kalah kita adalah korban, sekali kagi bahwa kita hanyalah yang dikorbankan oleh para elit pemerintah dan elit ekonomi. Oleh sebab itu sedah saatnya untuk kita menjadi “sadar” dari penjajahan modern melaui logika idealogi ekonomi politik global yang dikendalikan oleh satu tangan yakni tangan pemodal. Kita harus mampu melihat gerek tangan mereka sehingga tidak dicengkram demi kepentingan eksploitasi yang bukan hanya secara ekonomi tetapi menyangkut penjajahan harkat dan martabat kita sebagai bangsa yang merdeka. Indonesia memiliki harga diri yang jelas ketika Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia kepada dunia tahun 1945. janganlah hanya dengan sogokan kecil yang mereka taruh ditepitan jari, kita, sebagai pemerintah, politikus, polisi, mahasiswa dan rakyat bereni menjual harga diri. Jauhkan sikap pragmatis dari cara berpikir sesaat, karena itu adalah penjajahan. Indonesia harus bangikt dengan paradigma baru tentang kemandiri. Harapan kemandirian itu akan datang, dan sudah sangat dekat, Wiji Tukul mengatakan bahwa “Aku sudah mendengar bunyi telapak kaki revolusi”. Inilah yang akan membawa Indonesia menjadi bangsa yang meredeka, mandiri dan maju. Sekian!!!
Tulisan jelek dan singkat ini ku persembahkan bagi seluruh teman-teman mahasiswa yang berjuang demi revolusi di bumi pertiwi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar