Senin, 16 November 2009

aplikasi teori elaborasi dalam pembuatan buku ajar

james faot

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu tatanan kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari peran agama amat penting bagi kehidupan manusia, maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi keniscayaan. Upaya internalisasi tersebut dapat ditempuh melalui pendidikan, baik pendidikan di lingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah.
Salah satu upaya internalisasi pendidikan agama pada sektor pendidikan formal, dimaksudkan untuk meningkatkan potensi spiritual dan membentuk siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan, pemahaman dan dan penanaman nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan indivudual maupun kolektif masyarakat. Pembentukan akhlak mulia mencakup, etika, budi pekerti dan moral sebagi perwujudan dari pendidikan agama. Peningkatan potensi spiritual dan pembentukan akhlak mulia pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki siswa yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan. Demikian maka, peningkatan potensi spiritual dan pembentukan akhlak mulia tersebut dapat dilakukan melalui pengembagan pembelajan Pendidikan Agama Kristen (PAK).
Pengembagan PAK sebagai wujud transformasi nilai-nilai kristiani pada siswa di sekolah, dapat dilakukan guru dengan perancangan sistim pembelajaran PAK berdasarkan pendekatan sistem (system approach). Pendekatan ini, pada prinsipnya merupakan suatu perangkat alat atau teknik yang bentuk kemampuan (abilitas) dalam merumuskan tujuan secara operasional, mendeskripsikan tugas-tugas secara lengkap dan akurat serta melaksanakan analisis tugas-tugas. Analisis tugas berkenaan dengan apalikasi prinsip-prinsip belajar (human learning principles) secara ilmiah, merangkai pengajaran tentang konsep, prinsip dan dan keterampilan yang telah teridentifikasi sebagai hasil belajar yang diharapkan (tujuan pembelajaran). Dengan pendekatan ini, diharapkan pembelajaran PAK dapat mencapai tujuannya sebagaimana digambarkan di atas.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan tersususunnya kurikulum pada pada tingkat satuan pendidikan dalam jenjang SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SAMLB, dan SMK/MAK. Oleh karena itu, Depertemen Pendidikan Nasional telah mencanagkan pemberlakuan kurikulum yang disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikukuhkan dalam Kepmendiknas No. 22 Tahun 2006. Kurikulum ini tepat berfokus pada pencapaian kompetensi atau kemampuan siswa. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Dan pengembagan komponen-komponen KTSP ini diserahkan penuh kepada setiap satuan pendidikan sesuai dengan kebutuhan masing-masing. KTSP sebagai kurikulum yang difokuskan pada pencapaian kompetensi, memposisikan kompetensi sebagi target pencapaian dalam dalam mengukur keberhasilan proses pembelajaran.
Dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (http/www.depakri.com, 2007:1-2), BAB II tentang PENDIDIKAN AGAMA, Pasal 3 ayat 1 menegaskan bahwa Setiap satuan pendidikan pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan wajib menyelenggarakan pendidikan agama. Pasal 2 ayat 2 menyatakan bahwa: Pendidikan agama bertujuan untuk mengembagkan kemampuan siswa dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Pada BAB III Tentang Pendidikan Keagamaan, Pasal 8 ayat 2 menyatakan bahwa: Pendidikan keagamaan bertujuan untuk terbentuknya siswa yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli agama yang berwawasan luas, kritis, kreatif, inovatif, dan dinamis dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia.
Dalam keterkaitan dan implementasi kedua regulasi hukum di atas, pencapaian kompetensi siswa perlu didukung oleh penguasaan isi pembelajaran agama kristen protestan dengan baik. Dengan demikian, siswa dapat mengembagankan kompetensi keagamaannya dan mengamalkan nilai-nilai keagamaannya secara benar, proporsional, kritis, kreatif, inovatif, dan dinamis.
Untuk mencapai tujuan di atas, siswa memerlukan ketersediaan sumber-sumber belajar yang paling tidak berupa guru yang menguasia materi dan teknik pembelajaran yang baik, dan/atau buku-buku ajar yang sistimatis sehingga memudahkan siswa dalam belajar, khususnya dalam memahami materi PAK. Dengan sumber-sumber belajar tersebut, memungkinkan ketercapaian tujuan secara optimal dan efisien.
Namun, sebagaimana perubahan paradigma pembelajaran dalam KTSP yang menuntut guru harus menguasai materi dan teknik pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pembelajaran siswa, ternyata kurang menguasai materi dan teknik pembelajaran, sehingga siswa kurang memiliki motivasi terhadap pembelajaran dan berdampak pada hasil belajar yang rendah. Hasil wawancara dengan salah satu pengajar PAK pada Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Kupang, (Selasa, 19 Agustus 2008, Pukul, 10.00 Wita), diketahui bahwa guru tidak mendesain buku ajar yang sistimatis guna memudahkan siswa dalam belajar. Dari hasil ini, dapat diketahui bahwa salah satu penyebab rendahnya hasil belajar siswa ialah kekurangmampuan guru dalam mendesain pembelajaran yang dapat memotivasi siswa belajar dan membantu mereka dalam menguasai materi pembelajaran PAK. Walaupun, dalam melaksanakan pengajaran guru telah mendesain bahan ajar, akan tetapi analisis kondisi pembelajaran dan kebutuhan belajar siswa tidak dilakukan demi menentukan tujuan pembelajaran bagi siswa.
N.K. Atmadjo Hadinoto (2002:164-148), dengan megutip hasil penelitian Sugiasman mengemukakakan bahwa masalah-masalah pokok sekolah Kristen secara khusus tentang “Strategi Pengembagan dan Pembangunan Pendidikan Kristen di Indonesia” berhubungan dengan persoalan kualitas, relevansi serta evektivitas dan efisiensi. Persolalan kualitas berkaitan dengan out-put dari pendidikan yakni: proses belajar mengajar, kualitas guru, buku pelajaran, media/alat bantu, ruangan dan fasilitas belajar. Persoalan relevansi merupakan dampak dari persoalan kualitas out-put di atas. Adanya ketidaksesuaian hasil out-put pendidikan dengan kebutuhan pemakai hasil pendidikan (masyarakat). Persoalan efektivitas dan efisiensi baik manajemen dan proses belajar di sekolah. Dengan menekankan pada proses pembelajan, kualitas guru yang kurang baik dalam penguasaan materi dan teknik pembelajaran, ditambah dengan muatan kurikulum yang siswa kurang memperoleh ruang bebas untuk mengembagkan pandangannya sendiri, bersikap kritis dan keatif.
Hasil penelitian Nurhinda Bakkidu (2008 : 2), mengemukakan bahwa rendahnya prestasi belajar siswa disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain: kurangnya motivasi belajar siswa, kurangnya minat belajar, kurangnya respon siswa terhadap materi palajaran, teknik penyampaian materi yang kurang menarik, serta kurang kualitasnya guru dalam mengajarkan materi tersebut.
Dari pendapat dan hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa guru sebagai sumber belajar belum dapat berperan dalam menyediakan kondisi belajar dan sumber belajar yang memudahkan belajar siswa. Sehingga, hasil belajar mereka menjadi rendah. Demikian maka, perlu disediakan sumber belajar lain, yaitu buku-buku ajar PAK yang sistimatis dan dirancang untuk memudahkan belajar siswa, khususnya dalam upaya penguasaan belajar PAK. Sumber belajar ini perlu segera ada mengingat, buku ajar PAK—yang berporos pada realitas objektif kebutuhan siswa dan lingkungan belajarnya yang kontekstual—belum dikembagkan pada sekolah di mana penelitian ini dilakukan. Jika buku ajar, khususnya untuk pembelajaran PAK tersebut telah tersedia, para siswa akan lebih mudah dalam belajar dan mengatasi rendahnya motivasi dan prestasi belajar PAK.
Namun, realitas di lapangan menunjukan bahwa buku dan sarana penunjang untuk pembelajaran PAK masih sangat kurang. Buku yang dipakai untuk menunjang pembelajaran PAK di SMU N 1 Kupang saat ini adalah buku Suluh Siswa 1: Bertumbuh Dalam Kristus, PAK berdasarkan KTSP Kelas 10 Menengah Atas /Sekolah Menengah Kejuruan. Buku ini, disusun oleh Tim Redaksi PAK PGI dan diterbitkan oleh PT. BPK Gunung Mulia (Jakarta) dalam kerja sama dengan Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia. Selain itu, dipakai juga buku ajar Teladan Kehidupan 1: PAK Referensi KTSP dengan Kecerdasan Majemuk – Kelas 10. Disusun oleh Pdt. J.D. Engel, M.Si; Rian P. Bagaswara, S. Si. Teol,; Sherly Kawulusan, S.Si. Teol. Dan dieditori oleh Pdt. Dra. Dien Sumiyatiningsih, G.D. Th.., MA. Buku ini diterbitkan oleh Penerbit ANDI (Yokyakarta).
Setelah dilakukan pengamatan terhadap kedua buku tersebut sebagai sumber belajar siswa, buku yang pertama yakni Suluh Siswa 1 : Bertumbuh Dalam Kristus. Buku PAK ini disusun berdasarkan kurikulum yang disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mulai tahun ajaran 206/2007 yang dicanangkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Lahirnya kurikulum ini didasari oleh amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam penentuan Standar Kompetensis dan Kompetensi Dasar buku pelajaran PAK berdasarkan KTSP ini dikukuhkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menjadi Standar Isi (berdasarkan Kepmendiknas No. 20 Tahun 2006). Standar Isi (SI) terdiri dari kerangka dasar dan sturktur kurikulum, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Atau singkatnya, pengembagan buku pelajaran PAK Suluh Siswa 1: Bertumbuh Menjadi Dewasa, mengacu pada acuan utama standar kelayakan nasonal pengembagan buku pembelajaran pada satuan pendidikan. (Ricard M. Daulay, 2007:xiv).
Dalam pengembagan KTSP buku pelajaran PAK di atas, didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
1. Berpusat pada potensi, perkembagan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
2. Beragam dan terpadu.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan.
6. Belajar sepanjang hayat.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Penyusunan materi didasarkan pada pola dari internal ke eksternal yakni: dimulai dari diri sendiri, kemidian orang-orang-orang terdekat (orang tua dan keluarga), lalu teman dan lingkungan di sekitar siswa dan pada akhirnya mengarah pada masyarakat yng lebih luas. Asumsi yang mendasari model pembelajaran PAK dalam buku ini ialah pendekatan yang berpusat pada kehidupan keseharian siswa (live centered) mampu mendorong munculnya transformasi nilai-nilai kristiani dalam kehidupan siswa sehari-hari.
Pendekatan pembelajaran dalam buku Suluh Siswa 1: Bertumbuh dalam Kristus, dilakukan dengan bentuk dialogis partisipatif. Artinya, komunikasi yang multiarah antara guru dan siswa, siswa dan guru antara siswa dengan sesama siswa lainnya. Singkanya, dalam proses pembelajaran, siswa dan guru sama-sama aktif.
Sementara itu, sistem penilaian yang dipakai adalah suatu upaya penilaian di mana guru dapat memperoleh informasi secara bekala, berkesinambungan, serta menyeluruh tentang perkembagan kompetensi siswa. Penilaian ini menyakut pengetahuan, sika dan perilaku serta penguasaan terhadap nilai-nilai kristiani yang telah disampaikan dalam proses pembelajaran sebelumnya. Dengan demikian sistem penilaian ini dianggap sebagai kegiatan pengukuran ketercapaian kompetensi serta masukan bagi penyempurnaan proses belajar-mengajar. Berkaitan dengan perubahan yang dialami siswa akibat pembelajaran yang diikutinya, penilaian hasil belajar siswa mencakup 3 (tiga) ranah, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik dengan penekanan lebih banyak pada 2 (dua) ranah terakhir yakni efektif dan psikomotorik.
Penilaian dalam buku ini, juga mengambil bentuk tes di luar tes tertulis. Dengan demikian, pelaksanaan peneilaian dapat berbentuk pengamatan terhadap penampilan sikap, penyelesaian tugas atau proyek dan portofolio atau pelaporan terhadap materi atau topik tertentu. Pada buku pembelajaran dicantumkan contoh evaluasi atau penilaian bagi guru sehingga guru dapat mengembagkan berbagai bentuk penilaian yang cocok dengan kondisi setempat dengan mengacu pada pembentukan kebiasaan dalam hidup beriman, pemahaman tentang iman kristen, dan wujud pertumbuhan iman termasuk pengambilan keputusan siswa dalam menghadapi masalah yang ditemuinya.
Peran guru yang diharapkan dari pengembagan buku PAK Suluh Siswa 1 : Bertumbuh Menjadi Dewasa, mengikuti peran guru Robert M. Gagne. Peran guru sebagai perancang pembelajaran (designer of instrucsion), sebagai pengelola pengajaran (manager of instruction) dan sebagi penilai prestasi belajar siswa (eveluator of student learning).
Ditemukan juga bahwa buku ini memiliki komponen bahan ajar yang diurutkan sebagai berikut:
1. Judul. Judul mengambarkan bahan ajar secara keseluruhan. Atau judul mengambarkan keutuhan bahan ajar.
2. Kompetensi. Kompetensi merupakan kemampuan yang harus dimiki oleh siswa sesuai proses belajar-mengajar yang dilaluinya.
3. Indikator. Indikator berfungsi sebagai evaluatif. Maksudnya ialah guru dapat mengetahui apakah siswa telah memiliki kompetensi yang diharapkan atau belum.
4. Referensi Alkitab. Referensis Alkitab adalah ayat atau bagian Alkitab yang menjadi rujukan utama bagi judul tersebut.
5. Pengantar. Pengantar merupakan pemberian latar belakang mengapa materi tersebut disampaikan kepada siswa. Atau, dengan kata lain pengantar berisis relevansi bahan ajar bagi kehidupan siswa.
6. Bahan Ajar (Uraian MateriPelajaran). Bahan ajar diperuntukan sebagai acuan dalam membimbing siswa untuk menggumuli dan menemukan makna dari bahan ajar tersebut sehingga mereka dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
7. Kegiatan Pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dalam buku ini, masih perlu dikembagkan oleh guru sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa dengan mengacu pada rumusan kompetensi dan indikator yang sudah ditentukan. Pengembagan kegiatan pembelajaran oleh guru disesiakan dengan metode belajar yang dapat mengaktifkan siswa belajar.
8. Contoh Evaluasi. Contoh evaluasi yang dicantumkan dalan buku ini, masih bersifat contoh bagi guru sehingga dapat dikembagkan suatu evaluasi yang sesuai dengan pangembagan pembelajaran yang dilakukan guru oleh karena pertimbagan kondisi pembelajaran setempat. Contoh evaluasi yang dicantumkan mencakup 3 (tiga) ranah, yakni ranah kognitif, afektid dan priskomotorik. (Tim Redaksis PAK-PGI, 2007: xvii-xxv).
Sedangkan pada buku yang kedua, yakni buku ajar Teladan Kehidupan 1: PAK disusun berdasarkan Standar Isi, Proses dan Kompetensi Lulusan serta penetapan Kerangka Dasar Kurikulum dan Standar Kurikulum. Buku ini, ditulis mengunakan Live Cenre Approach (Pendekatan berdasarkan kehidupan sehari-hari) dan diikutsertakan 8 (delapan) kecerdasan yang dikembagkan oleh Howard Gardner. Pada prisipnya metode Howard Gardner merupakan suatu metode yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembagkan diri sesuai minat dan talenta yang dimiliki siswa. (Engel, Bagaswara & Kawulusan, 2007:ix-x).
Sehubungan dengan komponen buku ini, ditemukan bahwa urutan komponen buku disusun sebagi berikut:
1. Judul. Judul merupakan gambaran tentang keseluruhan atau keutuhan bahan ajar.
2. Pendahuluan. Pendahuluan dalam buku berisi petunjuk bagi siswa sehubungan dengan substansi materi serta relevansinya dengan kehidupan siswa.
3. Materi dan ilustrasi gambar. Materi diperuntukan sebagai acuan dalam membimbing siswa untuk menggumuli dan menemukan makna dari bahan ajar tersebut sehingga mereka dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dan ilstrasi gambar meberikan kejelasan konkrit tentang bahan ajar, merangsang daya tarik siswa terhadap materi serta membantu siswa melakukan penalaran secara vusual.
4. Pendalaman Materi. Pendalaman materi merupakan kegiatan belajaran lanjutan berupa tugas untuk membantu siswa mengembagkan pemahamannya terhadap materi yang susdah dipelajari.
5. Rangkuman. Rangkuman merupakan penyajian kembali ide-ide pokok yang telah diajarkan.
6. Evaluasi (Uji Kompetensi). Evaluasi yang dicantumkan dalan buku ini, alat ukur untuk menguji seberapa jauh siswa telah menguasai kompetensi yang telah ditentukan.
7. Nas Hari Ini. Nas hari ini berisis ayat atau bagian ayat Alkitab yang bertujuan untut memberika siswa kesempatan merenungkan keseluruhan proses belajarnya berkaitan dengan materi yang telah dipelajari serta imlikasinya terhadap kehidupannya secara nyata.
Walaupun, kedua buku di atas—baik Suluh Siswa 1 : Bertumbuh Dalam Kristus dan Teladan Kehidupan 1—telah memenuhi Standar Isi yakni kerangka dasar dan struktur kurikulum, standar kompetensis dan kompetensi dasar, tetapi tetap saja masih terdapat kelemahan-kelemahan. Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa pengembagan KTSP buku pelajaran PAK, didasarkan pada prinsip-prinsip seperti: berpusat pada potensi, perkembagan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya; beragam dan terpadu; tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; relevan dengan kebutuhan kehidupan; menyeluruh dan berkesinambungan; belajar sepanjang hayat; seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Diakui bahwa prinsip-prinsip pengembagan di atas, memang merupakan prinsip yang cukup idel dalam konteks pengembagan buku pelajaran PAK. Namun, kelemahan yang sifatnya substansial pada kedua buku yang dipakai ialah tidak dilakukannya pertimbagan melalui analisis kondisi pembelajaran secara kontekstual. prinsip-prinsip di atas sangat umum dan masih bersifat praduga sehingga bisa tidak sesuai dengan potensi, perkembagan, kebutuhan, serta kepentingan siswa pada suatu kelas pembelajaran. Analisis kondisi pembelajaran khususnya berkaitan dengan karakteristik siswa pada kelas di mana pembelajaran PAK dilaksanakan, seperti perkembagan intelektual siswa, tingkat motivasi, kemampuan kognitif, gaya kognitif, gaya belajar, kemampuan awal dan lain-lain, dalam suatu upaya pengembagan pembelajaran karakteristik siswa mau tidak mau harus dilakukan (Hamzah B. Uno, 2008:4).
Kelemahan lainya berkaitan dengan penetapan metode pembelajaran pada kedua buku PAK di atas. Hal ini berkaitan dengan kelemahan yang pertama yakni pengembagan buku PAK tidak didasarkan pada kondisi pembelajaran siswa di kelas. Dasar asumsinya ialah kondisi pembelajaran menentukan metode pembelajaran. Dengan demikian maka, metode yang dipakai dalam buku juga tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran. Asumsi ini paralel dengan pendapat bahwa inti dari desain pembelajaran adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk pencapaian hasil pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan metode pembelajaran harus didasarkan pada analisis kondisi dan hasil pembelajaran. Analisis akan menunjukan bagaimana kondisi pembelajarannya, dan apa hasil pembelajaran yang diharapkan (Hamzah B. Uno, 2008:6).
Dari hasil pertimbagan ini, diduga bahwa salah satu penyebab rendahnya hasil belajar siswa dalam pelajaran PAK ialah sumber belajar tertulis berupa buku pelajaran PAK tidak memberikan kemudahan dalam belajar siswa kerena pembelajaran yang dirancang tidak didasarkan pada analisis kondisi pembelajaran, metode pembelajaran serta hasil pembelajaran secara kontekstual.
Mengingat akan pentingnya penguasaan materi PAK serta pemaknaan nilai-nilai kristiani dalam hidup dan kehidupan siswa secara pribadi sebagai wujud aktualisasi harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan. Maka, rendahnya minat dan motivasi belajar siswa, keterbatasan sumber-sumber belajar tertulis yang memudahkan siswa belajar serat rendahnya prestasi belajar PAK siswa, justru mendorong pengembagan pembelajaran untuk menemukan pemecahan yang tepat dan efektif. Dengan menganalisis uraian tersebut di atas, maka perlu segera dikembagkan buku ajar PAK berdasarkan teori yang tepat dan disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku saehingga belajar siswa menjadi lebih mudah dan terarah pada pencapaian tujuan secara efisien.
Oemar Hamalik (2008:9), mengemukakan bahwa salah satu ciri pendekatan sistem (systen approach) adalah penggunaan metodologi khusus untuk mendesain sistem pengajaran. Metodologi khusus itu terdiri atas prosedur sistem perencanaan, perancagan, pelaksanaan, dan penilaian secara keseluruhan proses belajar mengajar. Penerapan metodologi tersebut tersebut akan manghasilkan suatu sistem belajar yang memanfaatkan sumber manusia dan nonmanusiawi secara efisien dan efektif. Dengan demikian, dalam konteks pendekatan sistem inilah buku ajar merupakan salah satu bentuk sumber belajar selain guru yang dirancang secara sistimatis oleh ahli bidang studi tertentu menurut kaidah-kaidah perancangan tertentu dengan maksud memudahkan belajar siswa.
Buku ajar sebagai bagian dari perencanaan pembelajaran. Maka desakan pengembagan buku ajar merupakan suatu upaya perencanaan sistimatis yang disertai dengan langkah antisipatif guna memperkelicil kesenjangan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran PAK. Kesenjangan ini pada prinsipnya merupakan suatu masalah praktis dalam pembelajaran kerena berkaitan dengan bagaiman mengorganisasikan pembelajaran, bagaiman menyampaikan isi pembelajaran dan bagaimana menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada sehingga berfungsi secara optimal dalam pencapaian tujuan. Inilah yang mungkin bisa dijelaskan sebagai esensi praktis dari upaya pengembagan buku ajar PAK.
Hasil analisis kebutuhan, ternyata benar bahwa buku ajar PAK yang dikembagkan sebagai sumber belajar siswa yang menarik dan mudah dipelajari sendiri oleh siswa di sekolah, di rumah atau di mana saja dan kapan saja waktunya, merupakan pilihan yang paling banyak dipilih untuk dikembagkan.
Dari uraian di atas maka, perlu dikembagkan buku ajar PAK untuk siswa SMU Kelas X. Dengan pengembagan ini diharapkan akan meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa, memudahkan belajar siswa sehingg meningkatkan hasil belajar/prestasi belajar mereka.



B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian Latar Belakang di atas, maka masalah yang dihadapi dalam pengembagan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Dengan sumber belajar yang tersedia sekarang, siswa masih mengalami kesulitan dalam belajar PAK.
2. Dalam sumber belajar yang ada sekarang, isi pembelajaran PAK tidak diorganisasikan berdasarkan teori-teori pembelajaran yang preskriptif, dan kontekstual sehingga sulit dipahami oleh siswa.
3. Dalam sumber belajar yang tersedia, pembelajaran PAK tidak disampaikan media yang yang sesuai dengan karakteristik baik isi maupun siswa, sehingga pembelajaran tidak menarik (tidak memotivasi) dan tidak efektif.
Berdasarkan masalah-masalah tersebut, meniscayakan dikembagkannya sumber belajar lain yang isi materinya diorganisasikan berdasarkan teori perskriptif tertentu, dan disampaikan dengan media yang tepat sehingga dapat memudahkan belajar siswa dalam pembelajaran PAK.

C. Tujun Pengembagan

Tujun pengembagan ini adalah untuk menghasilkan produk yaitu buku ajar tentang PAK, yang isi materinya diorganisasikan dengan menggunakan teori elaborasi (teori perskriptif). Dengan buku ajar tersebut, diharapkan mampu memudahkan siswa dalam belajar PAK, sehingga hasil belajar mereka menjadi meningkat.

D. Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Hasil pengembagan ini berupa buku ajar dengan judul “PERTUMBUHAN KRISTIANI” (PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN KELAS X SEKOLAH MENENGAH UMUM), dengan komponen-komponen teks sebagai berikut:
a. Petunjuk, yaitu komponen teks yang berisi tentang urauian tentang apa yang harus dilakakan siswa dalam mempelajari buku ajartersebut. Petunjuk ini disajikan pada setiap awal ataupun sub komponen teks sesuai kebutuhan.
Keistimewaan dari komponen ini adalah bahwa dengan petunjuk yang jelas, siswa sebagai pemakai akan terpandu belajarnya. Selain siswa dapat mengetahui dan mengarahkan belajarnya sendiri, siswa juga dapat menilai hasil belajarnya secara langsung. Keistimewaan lainnya adalah siswa juga tidak terikat oleh kawannya yang, misalnya, belum tuntas belajarnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa komponen petunjuk dalam buku ajar ini, sangat memberikan perhatian pada perbedaan potensi individual setiap siswa dalam pembelajaran.
b. Tujuan Khusus Pembelajaran, yaitu komponen teks yang berisi deskripsi tantang apa yang harus dicapai oleh siswa setelah mempelajari isi materi dalam buku teks tersebut. Atua dengan kata lain, tujuan merupakan rumusan tantang perilaku apa yang akan diperoleh siswa setelah ia melakukan belajarnya. Dengan adanya komponen ini, siswa akan mengetahui apa yang harus dicapai melalui kegiatan pembelajan yang dialaminya. Dengan mengetahui tujuan tersebut, semua kegiatan atau aktivitas belajar siswa diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. Ini berarti juga, bahwa tujuan dijadikanya sebagai sumber motivasional yang efektif bagi siswa dalam belajar menggunakan produk buku ajar.
c. Konsep Kunci, yaitu komponen yang berisi pengertian tentang konsep-konsep dalam materi PAK yang perlu dipahami oleh siswa dalam pokok bahasan yang akan dipelajari. Komponen ini akan lebih membantu siswa dalam memahami tentang isi pokok materi PAK apa yang sebenarnya perlu dikuasai melalui pokok bahasan yang akan dipelajarinya.
d. Isi Pembelajaran, yaitu komponen yang berisi uraian tentang apa isi materi pembelajaran yang disajikan dalam bentuk pengembagan berdasarkan model elaborasi. Pengorganisasian isi materi PAK yang akan dipelajari siswa kearah starategi makro, yakni mengikuti urutan dari yang umum ke yang khusus dengan manampilkan epitome (struktus bidang materi PAK yang dipelajari), kemudian mengelaborasinya bagian-bagian yang ada dalam epitome secara lebih terperinci. Dengan demikian, konteks materi selalu dengan menampilkan sistesis secara bertahap.
Keistimewaan dari komponen ini adalah isi pembelajaran telah terorganisasi berdasarkan teori preskriptif. Selain itu, isi disampaikan dengan menggunaka media yang sesuai dengan karakteristik baik isi bidang studi maupun siswa. Demikian maka, isi pembelajar dalam buku ajar ini memberikan daya tarik khas bagi siswa.
e. Rangkuman, yaitu berisi rumusan tentang prinsip-prinsip isi materi PAK yang diuraikan dalam teks. Dengan komponen ini, siswa akan memperoleh manfaat langsung, yaitu bahwa ia menemukan dan mengingat apa intisari dari materi yang ia pelajari dan/atau contoh-contoh yang meampu menambah pemahaman tentang apa yang dipelajarinya.
f. Latihan-latihan, yaitu komponen teks yang berisi perintah atau pemberian kesempatan kepada siswa untuk berlatih baik melatih penguasaan materi PAK yang telah dipelajari sampai pada bagaimana menerapakan isi pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, komponen ini, siswa lebih berkesempatan untuk dapat secara langsung mempraktekan pemahamannya tentang apa yang dipelajarinya tanpa terikat dengan orang lain.
g. Soal-soal, yaitu berisi butur-butir tes untuk menilai sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
h. Kunsi Jawaban dan Balikan, yaitu berupa daftar kunci jawaban dari soal-soal yang diberikan disertai balikan. Dengan komponen ini, siswa secara langsung dapat mencek dan mengetahui bagaimana hasil belajarnya. Selain itu, siswa dengan hasil belajar tersebut, dapat melakukan tindakan atau langkah-langkah pasti sesuai balikan yang diberikan sehingga belajarnya akan lebih cepat, mudah dan tepat.

E. Pentingnya Pengembagan

Sebagaimana telah dijelaskan dalam bagian Latar Belakang Masalah, bahwa mata pelajaran PAK merupakan mata pelajaran yang wajib dalam kurikulum pendidikan setiap satuan pendidikan pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan, termasuk di sini Sekolah Mengah Umum. Dengan demikian, siswa harus menguasai tujuan mata pelajaran tersebut secara optimal, efektif dan efisien.
Sementara itu, sumber belajar berupa guru, belum secara baik mendukung pencapaian tujuan tersebut, karena penguasaan materi dan starategi pembelajaran dipandang masih kurang. Disamping itu pula, sumber belajar material berupa buku pelajaran yang dipakai dalam pembelajaran masih kurang dan tidak memberikan motivasi serta kemudahan belajar bagi siswa. Demikian maka, penting dan urgen untuk segera dikembagkan sumber belajar lain yaitu buku ajar yang dapat membelajarkan siswa dengan menarik, mudah dan sistimatis. Apabila pengembagan ini tidak dilakukan segera, maka, permasalahan yang ada dalam pembelajaran PAK di sekolah seperti kurangnya sumber belajar, rendahnya motivasi, dan prestasi belajar siswa akan bertambah parah dan semakin sulit diatasi. Pada akhirnya, ini akan berujung pada rendahnya mutu penyelenggaraan PAK di sekolah.

F. Asumsi dan Keterbatasan Pengembagan

a. Asumsi-asumsi Pengembagan

Pengembagan buku ajar dengan model elaborasi untuk pembelajaran PAK ini dilakukan atas dasar babarapa asumsi sebagai berikut:
Buku Ajar
1. Bahwa buku ajar membantu siswa balajar secara perorangan (individual);
2. Bahwa buku ajar memberikan keluasan penyiapan pembelajaran yang bersifat segera, jangka pendek dan jangka panjang;
3. Bahawa buku ajar yang dirancang secara sistimatis dapat memberikan pengaruh yang positif bagi peningkatan sumber daya manusia secara perorangan;
4. Bahawa buku ajar memudahkan pengelolaan pembelajaran dengan mengunakan pendekatan yang sistemik;
5. Bahwa buku ajar memudahkan balajar siswa karena dirancang berdasarkan pengetahuan tentang bagaimana seharusnya manusia belajar;
6. Bahwa buku ajar memberikan fokus yang jelas mengenai apa yang harus dipelajari siswa;
7. Bahwa keterkaitan antara komponen-komponen dalam buku ajar memudahkan siswa belajar secara utuh;
8. Bahwa melalui buku ajar siswa dapat belajar kapan saja dan di mana saja.
Model Elaborasi
1. Bahwa model elaborasi berpijak pada kalsifikasi variabel yang utuh dan memadai sebagai landasan pengembagan pembelajaran yang meliputi unsur:
a. Kondisi pembelajaran yang terdiri dari (1) tujuan dan karakteristik bidang study, (2) kendala dan karekter bidang study, (3) karakteristik siswa.
b. Metode pembelajaran terdiri atas (1) starategi pengorganisasian pembelajaran (makro dan mikro), (2) starategi penyampaian pesan pembelajaran, (3) starategi pengelolaan pembelajaran.
c. Pengukuran hasil pembelajaran yang terdiri dari (1) keefektifan pembelajaran, (2) efisiensi pembelajaran, (3) kemenarikan pembelajaran.
2. Bahwa dengan mengunakan model elaborasi dapat diprediksi strategi pengorganisasian pada tingkat makro dengan mengacu pada seleksi (selection), sekunsi (sequncing), sintesi (syntezing) dan rangkuman (summarizing) terhadap fakta, konsep dan prinsip dan prosedur.
Selain itu, bahwa menggunakan model elaborasi juga sangat memungkinkan dapat diprediksinya strategi pada tingkat mikro dengan mengacu pada isi pembelajaran suatu topik atau lebih khusus pada suatu konsep, prinsip atau prosedur secara berdiri sendiri.
3. Bahwa model elaborasi dapat mengintegrasikan komponen-komponen startegi sebagai berikut: (a) urutan elaborasi mulai dari yang sederhana ke kompleks atau dari yang umum ke yang khusus (rinci); (b) ururtan prasyarat belajar; (c) rangkuman, baik rangkuman internal (internal summarizing) maupun rangkuman eksternal (ekstenal summarizing); (d) sintesis (synthesis) yang berfungsi menunjukan kaitan antara konsep-konsep, prosedur-prosedur, atau prinsip-prinsip; (e) analogi untuk memudahkan pemahaman terhadap pengetahuan baru dengan cara membandingkan dengan pengetahuan yang sudah dikenal sebelumnya oleh siswa; (f) pengaktifan startegi kognitif dan (g) kontrol belajar.
4. Bahwa model elaborasi memiliki kelengkapan langkah-langkah seperti: (a) analisis tujuan dan karakter bidang studi; (b) analisis sumber belajar; (c) analisis katarteristik siswa; (d) penetapan tujuan belajar dan dan isi pembelajaran; (e) menetapkan strategi pengorganisasian pembelajaran; (f) menetapkan strategi penyampaian isi pembelajaran; (g) menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran; (h) pengukuran hasil belajar.
5. Bahwa model elaborasi memiliki validitas tinggi dan cocok digunakan untuk kondisi Indonesia, karena telah teruji secara emperik melalui penelitian.
Dari beberapa asumsi di atas, pengembagan buku ajar dengan model elaborasi pada mata pelajar PAK, untuk siswa Kelas X SMU, ternyata mendapatkan justifikasi secara ilmiah dan sesuai dengan tuntutan kurikulum KTSP yang berlaku sekarang dan juga tepat sebagai upaya peningkatan prestasi siswa dalam belajar PAK sekaligus berkaitan dengan perbaikan dan peningkatan mutu pendidkan, khususnya mata pelajaran PAK di SMU. Oleh sebabi itu, pengembagan buku ajar dengan model elaborasi pada mata pelajar PAK ini tidak perlu diragukan lagi.

b. Keterbatasan Pengembagan

Harus diakui bahwa selain kelebihan-kelabihan pengembagan buku ajar dengan model elaborasi di atas, terdapat juga kelemahan yang berkaitan dengan upaya pengembagan ini, antara lain:
1. Keterbatas pengembagan buku ajar ini terbatas untuk mata palajaran PAK, untuk salah satu kelas pada jenjang kelas X SMU, khususnya SMU Negeri 1 Kupang.
2. Kelemahan lainya ialah bahwa pengembagan buku ajar dengan model elaborasi pada mata pelajaran PAK, juga terbatas berdasarkan hasil ujicoba sebabyak 3 (tiga) kali untuk keperluan revisi, yaitu terhadap (1) para ahli; (2) uji perorangan; dan (3) uji lapangan. Sedangkan untuk memperoleh produk yang bebar-benar baik memerlukan ujicoba dan revisi berkali-kali.

G. Batasan Istilah

Judul pengembagan ini adalah “Pengembagan Buku Ajar Pertumbuhan Kristiani Pendidikan Agama Kristen untuk Kelas X Sekolah Menengah Umum menurut Model Elaborasi”.
Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap judul maka perlu dijelaskan beberapa batasan istilah yakni:
1. Pengembagan, yaitu suatu proses yang sistematik dan sistemik dalam rangka menghasilkan buku ajar yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran PAK.
2. Buku Ajar, merupakan salah satu bentuk sumber belajar selain guru yang dirancang secara sistimatis oleh ahli bidang studi tertentu menurut kaidah-kaidah perancangan tertentu dengan maksud memudahkan belajar siswa.
3. Model Elaborasi, yaitu salah satu model pembelajaran yang mempreskripsikan cara pengorganisasian isi pengajaran dengan mengikuti urutan dari umum ke rinci. Urutan umum ke rinci dimulai dengan menampilkan selayang pandang (overview)ide yang umum, sederhana dan mendasar. Kemudian pengajaran maju setapak demi setapak dielaborasi satu persatu.

H. Organisasi Penulisan

Dalam penulisan ini terdiri atas dua bagian. Bagian pertama, memuat Kajian Analitik. Dan bagian kedua memuat tentang Produk yang dihasilkan yaitu buku ajar dengan judul “Pertumbuhan Kristiani Pendidikan Agama Kristen Kelas X SMU”, dengan teknik penyajian materi menggunakan model elaborasi.
Dalam kajian analitik akan akan diuraikan 5 (lima) bab sebagai berikut: Bab I. PENDAHULUAN, BAB II. KAJIAN KEPUSTAKAAN, BAB III. METODE PENGEMBAGAN, BAB IV. HASIL PENGEMBAGAN, dan BAB V. KESIMPULAN dan SARAN.
Sementara itu, pada bagian akhir penulisan ini akan disajikan berturut-turut (a) Daftar Pustaka, (b) Lampiran-lampiran dan (c) Riwayat Hidup.
Sedangkan, dalam produk hasil pengembagan akan memuat komponen-komponen pokok, yaitu: (1) Petunjuk, (Epitome), (3) Tujuan Khusus Pembelajaran, (4) Konsep Kunci, (5) Uraian Isi dan rangkuman , (6) Latihan-latihan, (7) Soal-soal, dan (8) Kunsi Jawaban dan Balikan.






DAFTAR PUSTAKA

Buku
Engel, D.J. M.Si; Bagaswara, P. Rian, S.Si. Teol. ; Kawulusan, Serly, S.Si. Teol. 2007. TELADAN KEHIDUPAN 1 (Pendidikan Agama Kristen) Referensi KTSP dengan Kecerdasan Majemuk-Kelas X. Yokyakarta: Penerbit ANDI (Penerbit Buku dan Majalah Rohani), Anggota IKAPI.
Hadinoto, N.K. Atmadjo. 2000. Dialog Dan Edukasi (Keluarga Kristen Dalam Masyarakat Indonesia). Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Hamalik, Oemar, Dr. 2008. Perencanaan Pengajaran berdasarkan Teoti Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Hulu, Yuprieli S. PAK, M. Th, Pdt; Non, Belandina Janse, M. Si, Pdt; Suleeman, Julia, M.A, M.A. 2007. Suluh Siswa 1: Bertumbuh Dalam Kristus (Buku Guru Pendidikan Agama Kristen). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kelas 10 Sekolah Mengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Uno, B. Hamzah Dr. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Internet
Bakkidu, Nurhinda. 2008. Sikap Guru terhadap Teknologi Pembelajaran dengan Pemenfaatan Media dalam Pembelajaran di SD. Diakses dari http://universistasnegerimakassar.co.id. pada tanggal 18 July 2008.
Chikatla, Suhana. 2008. BAB II. Kerangka Teori dan Pengembagan Model. Diakses dari http:// usaidd.net/~chikatla/misc/iddcoceptman.pdf. pada tanggal 22 Agustus 2008.
Departemen Pendidikan Agama Kristen Republik Indonesia. 2007. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2007 TENTANG PENDIDIKAN AGAMA DAN PENDIDIKAN KEAGAMAAN. Diakses dari http//www.depakri.com pada tanggal 22 Agustus 2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar